Kamis, 29 September 2011

Bisnis yang Menjanjikan

Oleh:  Hadi Poernomo

Peluang Bisnis Yang Sangat Menjanjikan

A. TUKANG PARKIR

Modal: Nol, yang penting berani malu dan tahu lokasi strategis.
Penghasilan:
Jika diasumsi bahwa :
1.. Parkir mobil: Rp 1,000/ mobil/ jam
2.. Parkir motor: Rp 500/ motor/ jam
Maka jika diasumsikan Anda bekerja 8 jam sehari di mana tempat parkir
Anda dapat memuat 20 mobil atau 40 motor, maka
Anda akan memperoleh:
8 jam x 20 mobil x Rp 1,000 = Rp 160,000/ hari.

Jika Anda bekerja 26 hari perbulan, maka penghasilan Anda menjadi
Rp 160.000 x 26 hari = Rp 4,160.000/ bulan (bebas pajak).

Keuntungan yang diperoleh :
1.. Bebas pajak
2.. Jam kerja tidak mengikat
3.. Masih bisa mengerjakan pekerjaan sambilan (jualan rokok di warung)
4.. Tingkat stress rendah
5.. Tidak beresiko. Kalau pun ada (klaim, tuntutan karena kendaraaan yang diparkir hilang / rusak), tinggalin ajah.

B. PENGAMEN

Modal : Gitar, kencrengan, atau nol sama sekali. Yang penting berani malu.
Penghasilan :
Tergantung tempat dan sasaran. Jika sasaran yang dituju adalah mobil angkot mungkin bisa lebih besar. Jika diasumsikan tempat yang dituju adalah lampu merah dengan durasi 2 menit, dan pendapatan Rp 300/ angkot, dan bekerja 8 jam, maka:
8 jam x (60/ 2 menit) x Rp 300 = Rp 72.000/ hari.

Jika bekerja 26 hari perbulan, maka pemasukan minimum yang diperoleh adalah : Rp 72.000 x 26 hari = Rp 1.872.000.

Keuntungan yang diperoleh :
1.. Bebas pajak
2.. Waktu kerja tidak mengikat
3.. Tidak butuh keahlian. Cuap-cuap tanpa suara pun pasti dapat.
4.. Stress nyaris tidak ada. Justru bisa menghibur diri.
5.. Tidak beresiko, asal hati-hati kalo menyeberang atau mengamen di tengah jalan ramai.
6.. Jika gesit (misalnya dalam satu durasi lampu lalu lintas dapat menyambangi 2-3 angkot), penghasilan bisa meningkat 2-3 kali lipat.

C. TUKANG BERSIH-BERSIH KACA MOBIL

Modal : Kain rombeng, pembersih bulu ayam, busa dan sabun detergen

Penghasilan :
Nyaris sama dengan pengamen, malah dapat 3-4 kali lipat, karena dalam 1 durasi lampu lalu lintas, dapat menyambangi 5-10 mobil sekaligus, tergantung kegesitan kerja.

> Keuntungan yang diperoleh :
> 1.. Bebas pajak
> 2.. Waktu kerja tidak mengikat.
> 3.. Tidak butuh keahlian. Yang penting kerja cepat saja.
> 4.. Hasil kerja bukan tujuan akhir.
> 5.. Tingkat stress tidak ada.

D. PENGEMIS

Modal : Baju kusut, dekil, dan tidak mandi seminggu. Dan yang terutama: berani malu!

Penghasilan :
Tergantung kemampuan menarik hati orang. Semakin memelas, maka penghasilan semakin besar.
Pada tahun 1997, seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta Jakarta pernah mengadakan penelitian dan menemukan bahwa seorang pengemis di Jakarta rata-rata mampu mengumpulkan Rp 500.000 perhari, atau Rp 15 juta perbulan.
Bahkan baru-baru ini ada seorang ibu asal Garut yang mengakui di sebuah media Bandung, bahwa dengan menjadi pengemis selama 1 bulan saja, dia telah mampu pulang kampung dengan membawa Baleno keluaran terbaru yang bernilai 200-an juta rupiah, plus oleh-oleh untuk keluarga di kampungnya.
Sebuah hasil yang luar biasa. So jangan heran bahwa pekerjaan menjadi pengemis primadona banyak orang yang datang ke kota-kota besar.

Keuntungan yang diperoleh :
> 1.. Bebas pajak
> 2.. Waktu kerja tidak mengikat
> 3.. Hanya butuh keahlian menarik hati orang.
> 4.. Tingkat stress tidak ada
> 5.. Dapat prioritas pertama dari Pemerintah kalo ada program bantuan bagi kaum dhuafa.

Nah, Anda berminat dengan peluang-peluang bisnis yang luar biasa ini?
Always eager to achieve happiness in life together in peace


Hadi Poernomo

Senin, 12 September, 2011 16:57
========== ============

DISKUSI: 

 

1.  Muhammad Sri Sadono:


Dear Bung Mods,
Entah pak Hadi ini serius atau bergurau, tapi e-mail ini sungguh sangat tidak layak dibroadcast.

Kalaupun Pak Hadi niatnya bergurau, gurauannya sungguh sangat tidak lucu.

Sementara kita berusaha keras "membantu" pemerintah membukakan lapangan pekerjaan untuk saudara-saudara kita yang kurang beruntung, ini pak Hadi malah memprovokasi orang untuk mengambil profesi yang tidak layak.

Lain kali mohon difilter dengan serius karena milist ini tempat bertukar pengetahuan yang bermanfaat, tempat berbagi semangat, peluang, dan harapan.

Jangan sampai milist yang sudah susah payah didevelop dan mulai dapat nama ini jadi milist sampah.

Maaf jika kritik saya tajam.

M Sri Sadono
PT Sempurna Sukses
Consumer Goods Specialist
Senin, 12 September, 2011 23:04
============= =========

2.  Adriansyah Hermawan Sutejo:


Email dari Sdr. hadi Pornomo sungguh tidak bermartabat, tidak membangun bangsa yg cerdas bahkan merusak moral bangsa yang kurang edukatif. makanya banyak metal orang indonesia cenderung lemah ... inginnya enak tidak mau kerja keras .... Huffff

Senin, 12 September, 2011 23:12
========== ============

3.  Eko Kantor:


Kalau sy melihat email beliau itu sbg challenge. Bgmana kita para pengusaha dituntut utk berkiprah utk meminimalkan/menghapuskan "profesi/peluang yg menjanjikan tsb".

Kita buka lapangan kerja buat mrk2, secara perlahan kita ajak utk sesuatu yg lbh positif dr pada pekerjaan yg dianggap oleh sbgian org sbg pekerjaan org2 malas.

Regards
-̶̶•-̶̶•̸Ϟ•̸Thank You•̸Ϟ•̸-̶̶•-̶
Eko
Senin, 12 September, 2011 23:38
============== ========

4.  M Yanto:


Langkah kedua, jangan beramal di jalan, bukalah lapangan kerja, gajilah prt, tukang, tukang ketoprak dll dengan layak.
MYAnto
Senin, 12 September, 2011 23:48
================= =====

5.  Abdurrachman Miladdina:


Saya setuju dengan ide Pak Eko, sebetulnya apa yang di paparkan oleh pak Hadi tidak semuanya buruk, akan tetapi itu adalah paparan fakta yang kita temui bukan hanya di kota-kota besar saja tapi juga hampir diseluruh pelosk negri.
yang perlu masyarakat terutama pengusaha tindak lanjuti adalah bagaimana melakukan bukan hanya memberikan lapangan kerja bagi para personal berpendidikan tapi juga personal yang cerdik, unik, dan berdaya juang tinggi seperti mereka, dimana ditengah keterbatasan pendidikan dan ekonomi yang mereka peroleh, masih bisa mengais rupiah dari kantong2 kita.

Thanks & Regard
Senin, 12 September, 2011 23:49
========== ============

6.  Anjar Budi:


kalau menurut saya apa yang disampaikan oleh pak Hadi Poernomo adalah gambaran reality di lingkungan sekitar kita, bukannya mengarahkan kita untuk memilih pekerjaan tersebut tetapi malah membukakan kita kenapa banyak orang memilih jadi juru parkir, pengemis ataupun ngamen.

Apabila kita pernah bertanya kepada yang mempunyai profesi tersebut kenapa memilih pekerjaan itu, saya yakin pasti jawabannya "ga ada kerjaan lain pak atau mungkin mau kerja apa pak".

Bila kita punya lapangan kerja, saya yakin mereka mau menerima pekerjaan tersebut bila kita menawarinya.

Kesimpulan saya, postingan pak hadi bukan untuk merendahkan martabat yang mempunyai profesi tersebut akan tetapi membukakan mata kita bahwa lapangan kerja yang belum merata.

Sebagai contoh juru parkir, baik di kota maupun didaerah juru parkir malah resmi dari pemerintah daerah setempat atau mungkin perusahaan swasta yang mengelola parkiran mall. Baik pria ataupun wanita mereka bekerja di perusahaan swasta tetapi hanya sebagai juru parkir di mall.
Apakah rendah pekerjaan jukir tersebut??

Saya rasa PR kita semua untuk membuka lapangan kerja sebanyak banyaknya bila kita tidak ingin melihat pengemis atau pengamen dijalanan

Salam
Anjar Budi
Selasa, 13 September, 2011 00:12
========== =============

7.  Dono Prihadi:


Menurut saya tidak ada pekerjaan yang rendah dan hina, sepanjang profesi itu ditekunin dengan serius dan pa Hadi sangat informatif serta layak dan pantas untuk memberitakannya atau sharing dalam forum dan media ini.
Kenapa harus malu kalau memang bangsa ini situasinya saat ini memang seperti ini dan kalian yang mengaku sedang membangun bangsa dengan memberikan peluang kerja, coba ukur dan hitung efektifitasnya, memadai kah???
Pointnya adalah Pemerintah dan negara saja yang mempunyai power dan tanggungjawab tidak mampu mengatasi hal ini, apalagi ente-ente yang ngomong sebagai entepreneur membuka kesempatan kerja untuk mereka, maaf itu penyataan yg BS.
Saya sering bepergian ke Pulau Bangka dan Belitung, dan saya tidak pernah menemukan pengemis, tukang lap kaca mobil, dll. , kenapa demikian?? Karena mereka tidakpunya profesi seperti itu dan kebanyakan profesi itu hanya di daerah tertentu. Coba cek di Wonosari atau Mojokerto, juga tiidak ada tuh Pengemis, tukang lap kaca mobil.
Jadi saya tidak merasa terhina apabila pa Hadi memuat hal seperti itu dan bahkan ia menggugah sanubari ente-ente yang mengaku entepreneur untuk lebih membuka cakrawala agar sadar bahwa ini lho keadaan kota besar terutama di pulau Jawa dan beruntung lah ente-ente yang juga aslinya bukan dari Jakarta ato kota besar tidak memiliki profesi ini karena nasibnya lebih baik, jadi jangan sia-sia kan keadaan yg lebih baik ini untuk hidup mu kelak dan jangan lupa untuk berbagi rejeki dengan mereka yang kurang beruntung.
 
Salam Damai,
Dono Prihadi
Selasa, 13 September, 2011 00:12
========== =============

8.  Nugroho Setiatmadji:


Managers
Bandingkan petugas parkir sama pak Ogah yang memungut jasa putar balik kendaraan di jalan.
Mungkin tidak edukatif, namun di sinilah letak keadilan. Ada seorang bantu pengendara agar lancar dan dia dapat upah ala kadarnya. Sosialisme a la Nusantara.
Menurut hemat saya kita tidak perlu kaku. Malah seyogianya mampu menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya.
Terima kasih untuk berbagi pendapat.

Salam
Nugroho S
Konsultan jasa kehumasan & Penerjemah

Selasa, 13 September, 2011 00:43
============== ========


9.  Ali  Purwantoro  M:


Dear Managers,
Ulasan yang sangat jeli dan menarik untuk di cermati.
Ini adalah fakta2 kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan kita.
apakah kita sudah bisa menjadi bagian untuk merubah itu semua??
apakah ini bisa menjadikan diri kita lebih bisa mensyukuri apa yang sudah kita dapat??
apakah kita bisa melihat dari posisi kita saat ini kebawah-keatas-kesamping??
apakah kita sudah belajar dari mereka??
apakah betul mereka tidak ada organisasinya/terorganiser??
dan sebetulnya masih banyak lagi apakah dalam benak saya.
Jujur saja kadang saya tidak mau kasih uang untuk para Gepeng yang ada di sekitar saya,
bukan karena saya tidak mampu, tapi saya tidak ingin mereka ada di jalanan selamanya.
marilah sama2 kita perbaiki mental dan moral bangsa kita, kalau bukan saya, kita, anda, lantas siapa lagi??.
jangan biasakan memberi gepeng di jalanan, ini sudah bisa mengurangi mereka sedikit demi sedikit.
Merdekalah bangsaku!!!
Salam,
Ali P.
Selasa, 13 September, 2011 01:15
============== ========

10. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar