Senin, 05 September 2011

Pengacara Dalam Persidangan Setiap Orang

Oleh: Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.



Salah satu hal yang ingin saya hindari dalam hidup adalah; terlibat masalah hukum. Saya ingin terhindar dari urusan seperti itu karena jika menyimak kasus-kasus hukum yang terjadi di sekitar kita, kelihatannya sungguh sangat menyulitkan. Sidang bolak-balik. Masuk bui. Kehilangan harga diri, serta sejumlah konsekuensi lainnya. Setiap orang yang menghadapi masalah hukum harus didampingi oleh pengacara. Makanya pengacara menjadi salah satu profesi yang paling bergengsi sekaligus paling menghasilkan di seluruh dunia. Namun ada satu jenis persidangan dimana pengacara paling kondang sekalipun tidak akan sanggup untuk memberikan pembelaan. Jangankan membela orang lain. Membela dirinya sendiri pun belum tentu berhasil. Ingatkah Anda persidangan apakah gerangan itu?



Dalam sebuah majlis ilmu seorang pengacara kawakan berkata begini;”Di dunia Anda bisa menyewa pengacara seperti saya. Di akhirat, Anda harus bisa membela diri Anda sendiri.” Saya sungguh tergelitik dengan pernyataan beliau. Kalimat itu meluncur dari mulut seorang ahli hukum yang profesinya adalah mendampingi orang-orang yang sedang berperkara di persidangan. Maka bobot perkataannya sungguh sangat tinggi. Oleh karenanya, setiap pribadi wajib mempersiapkan diri menghadapi persidangan yang harus kita hadapi sendiri itu. Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar mempersiapkan diri menghadapi majlis persidangan Tuhan, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intellligence berikut ini:



1. Mempersiapkan saksi-saksi kita. Dalam setiap persidangan selalu ada saksi. Perannya sangat krusial dalam menentukan keputusan hakim. Maka mempersiapkan saksi menjadi bagian yang sangat penting untuk memenangkan sebuah perkara dalam persidangan. Kita sering mendengar pernyataan yang berbeda 180 derajat dari saksi-saksi di persidangan. Padahal, sebelum bersaksi mereka terlebih dahulu bersumpah. Jika untuk satu perkara ada 2 pernyataan yang bertolak belakang, ada kemungkinan salah satunya berisi kebohongan. Dalam syairnya yang dipopulerkan oleh Chrisye, Pak Taufik Ismail menyatakan jika akan datang hari ketika mulut dikunci, dan kata tak ada lagi. Akan tiba masa dimana tak ada suara dari mulut kita. Berkata tangan kita, tentang apa yang dilakukannya. Berkata kaki kita, kemana saja melangkah. Bersama anggota badan lainnya mereka akan menjadi saksi bagi kita. Oleh sebab itu, kita perlu mempersiapkan saksi-saksi itu untuk memberikan pembelaan kepada diri kita. Karena kesaksian mereka akan menentukan keputusan sidang Tuhan yang akan kita terima.



2. Memperbanyak amal-amal kita. Salah satu kabar tak sedap yang melanda dunia peradilan kita adalah kentalnya peran uang dalam sebuah persidangan. Ruang sidang seolah sudah menjadi milik mereka yang banyak uang. Di persidangan Tuhan juga demikian. Bedanya, yang berperan disana bukan uang, melainkan amal saleh yang pernah kita lakukan. Setiap kebaikan yang kita kerjakan dengan tulus ikhlas hendaknya disertai dengan pengharapan balasan Tuhan. Semakin lurus niat kita, semakin murni pahala yang kita terima. Itulah yang akan menjadi tabungan akhirat kita. Amal saleh tidak harus selalu dilakukan dengan sokongan materi. Tidak mesti menjadi orang kaya untuk berbuat baik. Tidak perlu menunggu hingga mempunyai banyak uang untuk melakukan kebaikan. Tanpa uang pun kita bisa mengambil peran. Amal saleh juga tidak selalu harus berupa tindakan besar. Hal-hal kecil pun tetap dihitung. Bahkan sekedar menyingkirkan paku yang kita temukan di jalan. Karena dimata Tuhan, bahkan amalan sekecil biji sawi ada hitungannya. Maka perbanyaklah amal saleh. Karena amal-amal itulah yang bisa menentukan kemenangan dalam persidangan.



3. Menghindari perbuatan-perbuatan tercela. Berapa banyak kesaksian di ruang pengadilan yang dibalas oleh teriakan; bohong!. Mungkin kita ingin sekali meneriakan kata yang sama ketika sekujur tubuh kita memberikan kesaksian yang memberatkan. Percuma. Tidak ada kesaksian palsu dalam sidang Tuhan. Maka hanya ada satu cara untuk bisa mencegah kesaksian memberatkan, yaitu; menghindari perbuatan yang tidak disukai oleh Tuhan. Berhentilah berbuat dosa-dosa yang disengaja. Apa saja dosa yang disengaja itu? Hanya Anda sendiri yang mengetahuinya. Memang berat menghentikan sebuah kebiasaan yang memberikan rasa nikmat. Meski kita sadar bahwa kenikmatan itu berselumur dosa. Namun sungguh, setiap anggota tubuh kita yang terlibat dalam perbuatan itu akan memberikan kesaksian yang memberatkan bagi kita. Yuk, kita hentikan semua perbuatan dosa itu. Lalu sama-sama berkomiten untuk menghindari perbuatan tercela lainnya.



4. Banyak-banyaklah meminta maaf. Perilaku terdakwa selama menjalani persidangan juga merupakan faktor penting. Mereka yang kooperatif, tidak berbelit-belit, serta menunjukkan penyesalan biasanya mendapatkan penilaian positif dari hakim. Itu dalam persidangan manusia. Di persidangan Tuhan tidak demikian. Mengapa? Karena sejak di dunia Tuhan sudah tahu perilaku buruknya, dan Dia telah menyerunya untuk berhenti. Namun, orang tidak menggubris peringatan itu. Pantas jika Tuhan marrrrahh. Penyesalan sudah tidak memiliki makna lagi, karena tempat menyesal itu adalah dunia. Jika sungguh menyesali perbuatan-perbuatan nista, maka tunjukkanlah sejak kita masih punya kesempatan di dunia. Minta maaflah sebanyak-banyaknya kepada sesama manusia. Ikutilah permintaan maaf itu sengan insyaf. Dan tinggalkanlah semua perilaku keliru yang pernah kita terjadi. Hanya itu cara satu-satunya untuk menunjukkan kesungguhan dan kerjasama kita dengan majlis hakim di sidang Tuhan. Kita harus melakukannya sebelum memasuki ruang sidang, sebab setelah berada didalamnya; tidak berlaku lagi kata taubat. Maka bertaubatlah secara sungguh-sungguh. Kemudian, katakanlah dengan sepenuh ketulusan “Tuhan, terimalah taubatku.”



5. Memilih pembela terbaik. Sang pengacara benar ketika mengatakan bahwa diakhirat kita harus bisa membela diri kita sendiri. Tetapi guru kehidupan saya pernah menjelaskan bahwa didalam pengadilan akhirat kelak ada satu orang manusia istimewa yang bersedia membela kita. Siapakah gerangan orang itu? Dia adalah Nabimu. Utusan yang engkau taati seruannya dalam iman. Maka penting bagi setiap orang untuk menentukan siapa Nabi bagi dirinya dan benar-benar mengikuti ajarannya. Saya tidak tertarik untuk mengajak Anda agar mengimani Nabi yang saya yakini. Karena mengimani para Rasul suci utusan Tuhan adalah bagian dari keimanan yang diajarkan oleh Nabi yang saya imani. Saya lebih tertarik untuk mengajak Anda bersama-sama mengimani mereka dengan sungguh dan utuh, karena hanya dengan kepatuhan itu saja kita berharap Sang Nabi berkenan menjadi pembela kita dihadapan Tuhan. Jika kita tidak patuh kepada ajarannya, mengapa pribadi suci itu harus memberikan pembelaan? Maka, patuhilah Nabi-mu dan murnikanlah kepatuhan pada ajarannya. Karena dia adalah satu-satunya orang yang bisa menjadi pembela bagi kita.



Setiap orang perlu memiliki kemampuan untuk membela diri. Latihlah kemampuan membela dirimu. Karena hal itu akan sangat diperlukan ketika kita menghadapi pengadilan Tuhan. Caranya, bukan dengan sekolah di fakultas hukum. Bukan pula ikut kelas kursus debat. Melainkan dengan menggunakan seluruh bagian tubuh kita untuk belajar melakukan kebaikan-kebaikan. Karena dalam sidang Tuhan; tangan, kaki, telinga, mulut, kulit dan seluruh bagian dalam tubuh kita memiliki argumennya sendiri-sendiri ketika mengatakan apa yang sudah kita lakukan semasa hidup.



Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman - 11 Agustus 2011

Penulis buku ”Tuhan Terimalah Taubatku”



Catatan Kaki:

Cara terbaik melatih diri sendiri untuk menjadi pembela dalam sidang Tuhan adalah; menggunakan seluruh anggota tubuh kita untuk melakukan sebanyak mungkin kebaikan.



Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.

Rabu, 10 Agustus, 2011 21:21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar