Minggu, 11 September 2011

Mengatasi Godaan Dari Luar, Atas Pernikahan Kita

Oleh:  Daang Kadarusman
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
                                                                                              
 
Sudah berapa lama Anda menikah? Saya tidak akan menanyakan apakah Anda pernah bertengkar dengan pasangan atau tidak. Biarlah itu menjadi rahasia kita masing-masing. Kita semua bukanlah pribadi yang identik. Jadi, dengan siapapun kita menikah, tidak akan pernah bisa kita buat kesepakatan, kesesuaian dan kesalarasan 100%. Pasti ada perbedaan. Entah hanya sekedar sudut pandang, prinsip, atau aspek lain dalam kehidupan kita. Hal terpetingnya bukan soal pernah bertengkar atau tidak, tetapi bagaimana kita membuat penyelesaian pertengkaran itu. Jika sekarang saya menulis dengan topik pernikahan, bukan karena merasa sudah baik dalam pernikahan. Namun, untuk sekedar berbagi perjalanan dan pengalaman yang saya dan istri saya alami. Mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi.
 
 
 
Godaan dari luar atas pernikahan kita datang nyaris tiada henti. Terlebih ketika teknologi komunikasi menguasai setiap lorong-lorong paling sempit dan paling pribadi dalam hidup kita. Saya dan istri saya tidak terleas dari godaan itu. Namun yang paling sering mengalaminya adalah istri saya. Dengan blackberry ditangannya, seolah para lelaki penggoda mempunyai beribu cara untuk mengejarnya kemanapun dia pergi. Ada diantara mereka yang dapat dengan mudah ‘diminta’ berhenti. Namun, ada beberapa juga yang sedemikian kurang ajarnya sehingga terus melakukan apapun untuk mengejarnya meski tahu jika dia sudah bersuami. Tak jarang yang sampai membuat kita panas hati. Untuk yang ringan, saya percayakan istri saya menanganinya sendiri. Tapi untuk yang ‘sulit’, saya menemukan bahwa hanya dengan kerjasama antara suami dan istri kita bisa menangani kekurang ajaran mereka yang tidak senonoh. Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar mengatasi godaan dari luar dalam pernikahan kita, saya ajak untuk memulainya dengan mempraktekkan 5 pemahaman Natural Intellligence berikut ini:
 
 
 
1.      Menjaga kepercayaan pasangan. Siapapun Anda, tidak mungkin bisa membuntuti dan mengawasi pasangan hidup Anda. Tidak mungkin. Sama seperti dia yang tidak bisa selalu mengawasi Anda.  Saya juga demikian. Meskipun ada didalam ruang tertutup, masih ada alat telekomunikasi canggih yang membuka akses ke tempat manapun di dunia. Apalagi di dunia bebas seperti yang kita tinggali saat ini. Ketika para suami bekerja, apa yang dilakukan para istri? Ketika para istri berada dirumah, apa yang dilakukan oleh para suami diluar rumah? Tidak mungkin untuk mengetahui semuanya. Bahkan, ketika sepasang suami istri sedang berada dalam ruangan yang sama; jiwa dan emosinya sering berada di dunia yang berbeda, bukan? Jadi, saling mengawasi pasangan hidup bukanlah solusinya. Apalagi membatasi mereka dalam kubik kecil kehidupannya. Menjaga kepercayaan pasangan, hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang. Sebagai suami, ada kepercayaan dari istri untuk kita jaga. Dan para istri, memiliki kepercayaan dari suami yang patut dijaga juga. Selama kita bisa menjaga kepercayaan itu, pasti segalanya akan baik-baik saja.
 
 
 
2.      Mengendalikan emosi. Di luar sana, begitu banyak orang yang memiliki beribu muslihat untuk mengajak kita berbuat maksiat. Banyak akal dan cara hingga tak mudah menghindarinya. Parahnya lagi, mereka sudah punya akses langsung ke blackberry, telepon, dan facebook kita, bahkan telah menjebol pintu hati kita. Jika hal ini terjadi pada pasangan Anda, apakah Anda suka? Pasti tidak. Mengetahui pasangan kita tergoda, rasanya darah sudah naik ke ubun-ubun. Tidak masalah apakah Anda lelaki atau perempuan; Anda tidak akan suka pasangan Anda mengikuti arus yang diciptakan para penggoda. Kalau sudah begitu, kita sering terbawa oleh emosi. Terutama para lelaki, hingga tangan bisa melayang menimbulkan bekas di pipi istrinya. Mari belajar  kepada Nabi Ayub. Ketika kemarahan kepada istrinya sudah sedemikian memuncak, beliau tergoda untuk memukulnya. Namun, Allah memberinya hidayah. Apa yang dilakukan Nabi suci itu? Diambilnya sejumput rumput, lalu ‘dipukulkan’ rumput lembut itu kepada istrinya tanpa sedikitpun menimbulkan rasa sakit. Itu adalah pelajaran yang saya dapat dari ayah saya;”Haramkan tangan dari memukul istri.” Alhamdulillah, hingga saat ini masih terus terjaga. Kita menikahi seseorang bukan untuk dipukuli. Tidak akan selesai masalah dengan mengikuti dorongan emosi.
 
 
 
3.      Sebagai pasangan, Anda adalah juru selamatnya. Seperti halnya diri kita sendiri yang bisa kepeleset, pasangan hidup kita mungkin saja terjerat oleh jebakan para penggoda lihai. Percayalah, dia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Mereka yang menggodanya sering terlalu kuat untuk bisa diminta berhenti. Makanya, pasangan kita membutuhkan dukungan sepenuhnya untuk menghadapi mereka. Jika itu terjadi pada pasangan Anda, ketahuilah bahwa dia membutuhkan bantuan Anda. Wajar jika Anda marah atas semua yang telah terjadi. Tetapi, kemarahan itu tidak boleh melampaui batas. Mari terima kenyataan bahwa dunia kita sudah berubah. Sudah tidak ada lagi hijab dan dinding-dinding yang bisa memisahkan pergaulan baik dan buruk. Inilah dunia kita. Maka kemarahan yang berlebihan, hanya akan menambah parah keadaan. Itu hanya akan menguntungkan mereka yang didalam hatinya ada penyakit, sehingga mereka semakin leluasa memperalat pasangan hidup Anda. Dia bisa saja terperosok semakin dalam. Tetapi jika Anda bersedia menolongnya, maka dia punya kesempatan lebih besar untuk terbebas dari jerat. Mengapa? Karena sebagai pasangan, Anda adalah juru selamatnya.
 
 
 
4.      Solusinya tidak berada ditangan orang lain. Kalau soal ini, saya to the point saja; sehebat apapun Anda menjalani kehidupan pernikahan, Anda tidak akan pernah terbebas dari masalah. Mungkin soal uang; terlalu sedikit, atau terlalu banyak. Soal perhatian. Soal kemesraan. Soal kebutuhan fisik. Soal kebutuhan emosional. Sebut saja apa. Kita sering mengira jika pasangan kita sudah tidak romantis lagi. Dia tidak sering membelai lagi. Sudah jarang memuji lagi. Sudah tidak enak lagi untuk diajak bicara. Ingatlah. Ada beribu alasan yang kita punya. Lalu kita tergoda untuk mencari solusi dari luar. Sayangnya, kita sering sembarangan memilih orang. Hanya karena mereka bisa membuat kita tertawa lewat leluconnya. Atau membuat kita tersipu dengan pujiannya. Atau merasa tenang karena ‘kebijaksanaan’-nya (pakai tanda petik lho ya…). Lalu kita mengira dialah orang yang tepat untuk mencari solusi atas masalah rumah tangga kita. Padahal, kita tidak benar-benar mengetahui siapa sebenarnya dia. Keliru. Percayalah, tak seorang pun di luar lingkaran pernikahan Anda yang bisa memberi solusi atas masalah pernikahan Anda. Bahkan konsultan pernikahan sekalipun. Apalagi orang-orang yang tidak jelas juntrungannya. Berhentilah mencari solusi dari orang lain. Karena hanya Anda dan pasangan hidup Anda yang memilikinya.
 
 
 
5.      Hadapilah sebagai tantangan bagi berdua. Tak seorang pun bisa memaksa mereka yang moralnya sudah tidak utuh berhenti merusak rumah tangga orang lain. Makanya, tidak heran jika ada orang yang sangat sulit sekali untuk diminta berhenti menggoda. Seseorang pernah berkata begini; justru bagus kalau dia sudah punya suami. Lho? Kalau terjadi apa-apa, ada yang ‘bertanggungjawab’, katanya.  Maka seorang istri yang terjebak tidak mungkin bisa membebaskan dirinya sendiri. Begitu juga seorang suami yang  terjerat. Jika sudah tidak bisa diatasinya sendiri, istri saya memberi tahu saya tentang para penggoda itu. Pada situasi tertentu, memang saya harus turun tangan menghadapi mereka. Saya tidak berada dalam posisi yang bisa mengajak mereka menghentikan kebiasaan buruknya menggoda istri orang. Saya hanya memposisikan diri sebagai pasangan bagi istri saya. Dan saya siap untuk menghadapi invasi tidak senonoh dari pihak luar. Meski nyawa taruhannya. Alhamdulillah, sejauh ini kami masih bisa mengatasinya. Dalam pernikahan, kita bukan sekedar soul-mate. Melainkan juga sebagai team-mate bagi pasangan kita. Jadi, jika terjadi sesuatu dalam kehidupan pernikahan kita, maka kita tidak boleh mengatasinya sendiri-sendiri.  
 
 
 
Guru kehidupan saya mengingatkan bahwa salah satu ciri dekatnya kiamat adalah;”ketika manusia sudah berubah menjadi binatang.” Tidak dalam pengertian fisik. Tapi perilaku. Sebagai penikmat kemajuan teknologi komunikasi yang sudah dewasa, tentu kita tahu betapa amburadulnya akhlak manusia di zaman ini. Nyaris hilang urat malu kita dalam mengumbar nafsu. Bahkan di ruang publik sekalipun. Tidak mungkin mencegahnya, karena hal itu adalah bagian dari fitrah Tuhan. Memang begitulah nasib moral kita saat kiamat sudah dekat. Kita hanya bisa berdoa dan berusaha agar Tuhan berkenan menjagakan kesucian harga diri citra kemanusiaan kita. Semoga Tuhan menjauhkan sifat hewani dari diri kita. Jika yang membaca artikel ini pernah mengalami hal yang sama dengan yang kami alami; semoga Tuhan memberi kekuatan untuk menyelesaikannya dengan baik. Jika ada yang sudah terlanjur jauh, semoga Tuhan memberi kekuatan untuk bertaubat. Dan kembali kepada keutuhan pernikahannya. Jika ada yang pernah menyakiti pasangannya, semoga berhasil untuk berbalik arah. Jika ada yang pernah disakiti oleh pasangannya, semoga dibantu Tuhan untuk tabah. Mari kembali kepada kesucian pernikahan kita. Mari kembali kepada harkat dan derajat kemanusiaan kita.
 
 
 
Nasihat untuk para istri: Jika ada lelaki yang tahu Anda sudah bersuami namun tetap menggoda Anda, maka dia sedang menjadi agen nafsu para binatang. Percayalah, dia tidak mempunyai cinta seperti yang dibualkannya kepada Anda. Apakah Anda punya nasihat untuk para suami? Silakan.
 
 
 
Mari Berbagi Semangat!
 
DEKA – Dadang Kadarusman - 23 Agustus 2011
 
Penulis buku ”Tuhan Terimalah Taubatku”
 
 
 
Catatan Kaki:
 
Mohon maaf ya..., saya tidak melayani konsultasi tentang pernikahan.
 
 
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.
 
 
Senin, 22 Agustus, 2011 22:42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar