Minggu, 11 September 2011

Tuhan, Terimalah Taubatku

Oleh :  Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
                                                                                              
 
Tidak seorang pun manusia yang sudah memasuki masa akil baligh terlepas dari dosa. Sesempurna apapun kita pasti pernah melakukan kesalahan. Ada diantara kesalahan itu yang kita sadari dan ada juga yang luput dari kesadaran kita. Ada diantara dosa itu yang kita sesali, dan ada juga yang kita anggap enteng saja. Ah, cuma segitu aja kok. Duh, padahal dosa yang ukurannya sebesar debu pun kalau tidak termaafkan pasti harus kita pertanggung jawabkan. Bukankah debu itu kecil? Benar. Tetapi perhatikanlah meja yang tidak pernah dibersihkan dirumah kita. Bukankah lama kelamaan tertutup penuh oleh debu? Debu itu lalu melekat lengket. Jadilah dia noda, hingga rusaklah meja indah kita. Jika debu itu tidak pernah dibersihkan, maka lama-lama akan menumpuk menutupi semua permukaan hati kita. Dan ketika hati tertutupi oleh debu dosa-dosa kecil yang kita abaikan itu, maka kita tidak lagi bisa membaca nurani.
 
 
 
Usia saya sekarang 41 tahun. Saya memasuki masa akil baligh sekitar usia 11 tahun. Maka saya sudah berbuat dosa selama 30 tahun. Tidak berbilang banyaknya. Jika saya menebus semua dosa itu setiap hari, maka saya harus hidup dengan bersih tanpa dosa baru sambil terus bertaubat hingga usia saya 71 tahun. Bagaimana seandainya usia saya hanya sampai 61 tahun? Atau mungkin hanya 51 tahun? Atau hanya 41 tahun lebih sehari? Bagaimana mungkin saya bisa menghapus semua debu dosa yang melekat itu? Oh, Tuhan, Terimalah Taubatku. Pencarian kesadaran ruhani adalah sebuah perjalanan pribadi. Namun saya selalu ingin mengajak teman, sahabat dan karib kerabat untuk menemani saya menelusuri perjalanan taubat itu. Makanya saya berani melakukan pengakuan dosa secara terbuka dan menuangkannya dalam buku Tuhan, Terimalah Taubatku. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar bertaubat atas dosa-dosa yang sudah kita perbuat, saya ajak memulainya dengan menggunakan kemampuan Natural Intellligence kita untuk menyadari 5 teritori terbesar tempat bertumpuknya dosa sebagai berikut:
 
 
 
1.      Dosa kepada orang tua. Kita memang sering diajari untuk berbakti kepada orang tua. Tetapi, benarkah kita sudah berbakti kepada ayah dan bunda? Benarkah? Jikapun kita sudah mampu memberi materi kepada mereka, apakah materi yang kita berikan itu lebih banyak dari dosa-dosa kita kepada mereka? Mari renungkan kembali jawabannya. Kita juga sering mengira bahwa orang tua itu hanyalah terbatas pada ayah yang menikahi perempuan yang mengandung kita; ayah dan ibu kandung kita. Padahal, bagi setiap orang yang sudah menikah; orang tua juga berarti ayah dan ibu mertua. Sekedar memiliki hubungan yang baik dengan mereka, sudahkah kita? Mari renungkan kembali apakah kita sudah menjadi menantu yang pantas bagi mertua kita? Sudahkah kita memulaikan mereka? Ataukah masih merasa bahwa mereka hanya kebetulan saja menjadi orang tua istri atau suami kita? Termasuk dosa kepada mertua adalah ketika kita bertindak semena-mena kepada istri atau suami kita. Mengapa? Karena tidak ada orang tua yang ingin anaknya diperlakukan tidak pantas oleh orang lain. Sekalipun orang lain itu disebut sebagai menantu. Sudahkah kita membersihkan diri atas dosa kepada orang tua?
 
 
 
2.      Dosa kepada keluarga. Bagi orang yang belum menikah, dosa kepada keluarga hanya sebatas kesalahan yang kita buat kepada kakak, adik dan saudara. Bagi kita yang sudah menikah, dosa itu ditambah dengan semua hal buruk yang kita lakukan kepada istri atau suami kita. Apakah hal buruk itu diketahui oleh mereka. Ataukah sesuatu yang kita rahasiakan dari mereka. Mungkin, kita memang bisa menyembunyikannya dari pasangan hidup kita. Tetapi, apakah kita bisa bersembunyi dari pengawasan Tuhan? Beranikah Anda melawan Tuhan? Kita percaya jika Tuhan menyaksikan semua yang kita lakukan. Dan betapa beraninya kita berbuat kemaksiatan dibawah pengawasan langsung Mata Tuhan. Takut? Oh, bahkan malu pun tidak kita ini kepadaNya. Jika sampai diketahui oleh orang lain, kita merasa malu alang kepalang. Tidak tahu lagi muka ini harus disimpan dimana. Tetapi justru kita berani melakukannya dihadapan Tuhan. Oh Tuhan, Terimalah Taubatku.
 
 
 
3.      Dosa kepada orang-orang disekitar kita. Tidak seorang pun hidup secara soliter dizaman ini. Memang kita tidak bisa hidup tanpa orang lain kok. Maka tidak mungkin jika kita tidak pernah berbuat salah kepada mereka. Bisa jadi, begitu banyak debu yang tidak kita sadari. Misalnya saja, ketika kita memarkir mobil didepan garasi tetangga. Kita tidak tahu jika tetangga kesal karena jalannya terhalang oleh mobil yang kita parkir sembarangan. Tanpa disadari, perangai kita baik kepada orang yang jauh, tetapi buruk terhadap tetangga dekat. Termasuk orang-orang disekitar kita adalah mereka yang setiap hari kita temui dikantor tempat kita bekerja. Kepada bawahan, kita sering tergoda untuk bertindak semena-mena. Kepada atasan, kita sering memandang penuh curiga. Kepada teman sejawat, kita sering tanpa segan menyikut dan menyudutkannya hanya untuk mencari muka atasan. Mari kita renungkan kembali, apakah semua dosa itu sudah kita sadari? Bukankah ini saat yang tepat untuk meminta maaf kepada mereka? Tidak usah minta maaf jika kita berani membawanya ke pengadilan Tuhan kelak. Tetapi, bukankah kita tidak memiliki keberanian itu?
 
 
 
4.      Dosa yang tidak terhindarkan. Diantara dosa-dosa yang sudah kita perbuat, ada begitu banyak yang sebenarnya bisa kita hindari. Kepada orang tua, misalnya. Kita punya pilihan apakah akan berbakti atau durhaka. Kepada mertua, apakah kita akan menggerutu atau rela. Kepada istri dan suami, apakah kita akan menjaga kepercayaan atau mengkhianatinya. Kita mempunyai pilihan terhadap semua itu; apakah akan melakukannya atau tidak. Tetapi ada dosa-dosa yang kita lakukan karena kita tidak memiliki pilihan selain melakukannya. Saya memiliki dosa serupa itu. Misalnya, ketika bekerja sebagai profesional dulu; saya harus menjalankan tugas melakukan PHK karena terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja. Jika PHK itu dilakukan karena kesalahan karyawan, saya tidak pernah ragu melakukannya. Tetapi, mereka adalah orang-orang baik yang berdedikasi kepada pekerjaannya. Menghidupi keluarga lewat pekerjaannya yang mulia. Bagi mereka yang masih muda dan mudah mencari pekerjaan baru, tentu itu bukan masalah. Tapi bagi mereka yang usianya ‘tanggung’? Tuhan, Terimalah Taubatku.
 
 
 
5.      Dosa kepada Tuhan. Bagaimana jika usia saya hanya sampai 41 tahun lebih sehari? Tiba-tiba saja saya menyadari bahwa ternyata ruh ini bergelimang dosa dan noda-noda yang mengotori sekujur tubuh saya. Padahal saya belum sempat meminta ampunan atas semua kesalahan yang telah diperbuat semasa saya hidup kemarin. Saat teringat atas semua dosa itu, saya segera menyadari bahwa tidak ada jalan kembali ke muka bumi untuk membenahi diri. Semuanya sudah terlambat kini. Saat itu juga saya diserang oleh ketakutan yang menjadi-jadi; bagaimana mungkin saya bisa lolos dari hukuman Tuhan atas dosa-dosa yang saya lakukan?  Tuhan, Terimalah Taubatku
 
 
 
Saya menulis buku Tuhan, Terimalah Taubatku itu untuk menyatakan pengakuan atas dosa-dosa saya. Sekaligus berharap agar semua orang yang pernah saya sakiti berkenan memaafkan kesalahan saya. Saya menulis artikel ini, juga untuk tujuan yang sama. Sahabat, mohon dimaafkan semua kesalahan dan dosa saya. Jika sampai umur saya di ujung ramadhan ini, maka pemberian maaf Anda adalah hadiah terindah dihari Iedul Fitri. Tetapi, jika umur saya tidak sampai kesana; maka maaf Anda adalah bekal terindah untuk perjalanan pulang saya. Dan jika Tuhan berkenan memberi umur lebih panjang lagi, maka maaf yang Anda berikan itu menjadi titik pemberangkatan yang baru bagi saya. Semoga dimasa depan saya bisa sedapat mungkin mengurangi perbuatan-perbuatan yang tidak patut kepada Anda. Kalaupun saya kepeleset lagi, tolong; ingatkanlah saya. Tuhan, Terimalah Taubatku.
 
 
 
Mari Berbagi Semangat!
 
DEKA – Dadang Kadarusman - 24 Agustus 2011
 
Penulis buku ”Tuhan Terimalah Taubatku”
 
 
 
Catatan Kaki:
 
Setiap kata maaf yang kita dapatkan adalah cairan pembersih bagi noda yang mengotori jiwa kita. Saat kita meninggal, maka jiwa itulah yang akan kita bawa.
 
 
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.

Selasa, 23 Agustus, 2011 21:44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar