Oleh :  Dadang Kadarusman
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Tidak  seorang pun manusia yang sudah memasuki masa akil baligh terlepas dari  dosa. Sesempurna apapun kita pasti pernah melakukan kesalahan. Ada  diantara kesalahan itu yang kita sadari dan ada juga yang luput dari  kesadaran kita. Ada diantara dosa itu yang kita sesali, dan ada juga  yang kita anggap enteng saja. Ah, cuma segitu aja kok. Duh, padahal dosa  yang ukurannya sebesar debu pun kalau tidak termaafkan pasti harus kita  pertanggung jawabkan. Bukankah debu itu kecil? Benar. Tetapi  perhatikanlah meja yang tidak pernah dibersihkan dirumah kita. Bukankah  lama kelamaan tertutup penuh oleh debu? Debu itu lalu melekat lengket.  Jadilah dia noda, hingga rusaklah meja indah kita. Jika debu itu tidak  pernah dibersihkan, maka lama-lama akan menumpuk menutupi semua  permukaan hati kita. Dan ketika hati tertutupi oleh debu dosa-dosa kecil  yang kita abaikan itu, maka kita tidak lagi bisa membaca nurani.
Usia  saya sekarang 41 tahun. Saya memasuki masa akil baligh sekitar usia 11  tahun. Maka saya sudah berbuat dosa selama 30 tahun. Tidak berbilang  banyaknya. Jika saya menebus semua dosa itu setiap hari, maka saya harus  hidup dengan bersih tanpa dosa baru sambil terus bertaubat hingga usia  saya 71 tahun. Bagaimana seandainya usia saya hanya sampai 61 tahun?  Atau mungkin hanya 51 tahun? Atau hanya 41 tahun lebih sehari? Bagaimana  mungkin saya bisa menghapus semua debu dosa yang melekat itu? Oh, Tuhan, Terimalah Taubatku.  Pencarian kesadaran ruhani adalah sebuah perjalanan pribadi. Namun saya  selalu ingin mengajak teman, sahabat dan karib kerabat untuk menemani  saya menelusuri perjalanan taubat itu. Makanya saya berani melakukan  pengakuan dosa secara terbuka dan menuangkannya dalam buku Tuhan, Terimalah Taubatku.  Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar bertaubat atas dosa-dosa  yang sudah kita perbuat, saya ajak memulainya dengan menggunakan  kemampuan Natural Intellligence kita untuk menyadari 5 teritori terbesar tempat bertumpuknya dosa sebagai berikut:
1.      Dosa kepada orang tua.  Kita memang sering diajari untuk berbakti kepada orang tua. Tetapi,  benarkah kita sudah berbakti kepada ayah dan bunda? Benarkah? Jikapun  kita sudah mampu memberi materi kepada mereka, apakah materi yang kita  berikan itu lebih banyak dari dosa-dosa kita kepada mereka? Mari  renungkan kembali jawabannya. Kita juga sering mengira bahwa orang tua  itu hanyalah terbatas pada ayah yang menikahi perempuan yang mengandung  kita; ayah dan ibu kandung kita. Padahal, bagi setiap orang yang sudah  menikah; orang tua juga berarti ayah dan ibu mertua. Sekedar memiliki  hubungan yang baik dengan mereka, sudahkah kita? Mari renungkan kembali  apakah kita sudah menjadi menantu yang pantas bagi mertua kita? Sudahkah  kita memulaikan mereka? Ataukah masih merasa bahwa mereka hanya  kebetulan saja menjadi orang tua istri atau suami kita? Termasuk dosa  kepada mertua adalah ketika kita bertindak semena-mena kepada istri atau  suami kita. Mengapa? Karena tidak ada orang tua yang ingin anaknya  diperlakukan tidak pantas oleh orang lain. Sekalipun orang lain itu  disebut sebagai menantu. Sudahkah kita membersihkan diri atas dosa  kepada orang tua?
2.      Dosa kepada keluarga.  Bagi orang yang belum menikah, dosa kepada keluarga hanya sebatas  kesalahan yang kita buat kepada kakak, adik dan saudara. Bagi kita yang  sudah menikah, dosa itu ditambah dengan semua hal buruk yang kita  lakukan kepada istri atau suami kita. Apakah hal buruk itu diketahui  oleh mereka. Ataukah sesuatu yang kita rahasiakan dari mereka. Mungkin,  kita memang bisa menyembunyikannya dari pasangan hidup kita. Tetapi,  apakah kita bisa bersembunyi dari pengawasan Tuhan? Beranikah Anda  melawan Tuhan? Kita percaya jika Tuhan menyaksikan semua yang kita  lakukan. Dan betapa beraninya kita berbuat kemaksiatan dibawah  pengawasan langsung Mata Tuhan. Takut? Oh, bahkan malu pun tidak kita  ini kepadaNya. Jika sampai diketahui oleh orang lain, kita merasa malu  alang kepalang. Tidak tahu lagi muka ini harus disimpan dimana. Tetapi  justru kita berani melakukannya dihadapan Tuhan. Oh Tuhan, Terimalah Taubatku.
3.      Dosa kepada orang-orang disekitar kita.  Tidak seorang pun hidup secara soliter dizaman ini. Memang kita tidak  bisa hidup tanpa orang lain kok. Maka tidak mungkin jika kita tidak  pernah berbuat salah kepada mereka. Bisa jadi, begitu banyak debu yang  tidak kita sadari. Misalnya saja, ketika kita memarkir mobil didepan  garasi tetangga. Kita tidak tahu jika tetangga kesal karena jalannya  terhalang oleh mobil yang kita parkir sembarangan. Tanpa disadari,  perangai kita baik kepada orang yang jauh, tetapi buruk terhadap  tetangga dekat. Termasuk orang-orang disekitar kita adalah mereka yang  setiap hari kita temui dikantor tempat kita bekerja. Kepada bawahan,  kita sering tergoda untuk bertindak semena-mena. Kepada atasan, kita  sering memandang penuh curiga. Kepada teman sejawat, kita sering tanpa  segan menyikut dan menyudutkannya hanya untuk mencari muka atasan. Mari  kita renungkan kembali, apakah semua dosa itu sudah kita sadari?  Bukankah ini saat yang tepat untuk meminta maaf kepada mereka? Tidak  usah minta maaf jika kita berani membawanya ke pengadilan Tuhan kelak.  Tetapi, bukankah kita tidak memiliki keberanian itu?
4.      Dosa yang tidak terhindarkan.  Diantara dosa-dosa yang sudah kita perbuat, ada begitu banyak yang  sebenarnya bisa kita hindari. Kepada orang tua, misalnya. Kita punya  pilihan apakah akan berbakti atau durhaka. Kepada mertua, apakah kita  akan menggerutu atau rela. Kepada istri dan suami, apakah kita akan  menjaga kepercayaan atau mengkhianatinya. Kita mempunyai pilihan  terhadap semua itu; apakah akan melakukannya atau tidak. Tetapi ada  dosa-dosa yang kita lakukan karena kita tidak memiliki pilihan selain  melakukannya. Saya memiliki dosa serupa itu. Misalnya, ketika bekerja  sebagai profesional dulu; saya harus menjalankan tugas melakukan PHK  karena terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja. Jika PHK itu dilakukan  karena kesalahan karyawan, saya tidak pernah ragu melakukannya. Tetapi,  mereka adalah orang-orang baik yang berdedikasi kepada pekerjaannya.  Menghidupi keluarga lewat pekerjaannya yang mulia. Bagi mereka yang  masih muda dan mudah mencari pekerjaan baru, tentu itu bukan masalah.  Tapi bagi mereka yang usianya ‘tanggung’? Tuhan, Terimalah Taubatku.
5.      Dosa kepada Tuhan.  Bagaimana jika usia saya hanya sampai 41 tahun lebih sehari? Tiba-tiba  saja saya menyadari bahwa ternyata ruh ini bergelimang dosa dan  noda-noda yang mengotori sekujur tubuh saya. Padahal saya belum sempat  meminta ampunan atas semua kesalahan yang telah diperbuat semasa saya  hidup kemarin. Saat teringat atas semua dosa itu, saya segera menyadari  bahwa tidak ada jalan kembali ke muka bumi untuk membenahi diri.  Semuanya sudah terlambat kini. Saat itu juga saya diserang oleh  ketakutan yang menjadi-jadi; bagaimana mungkin saya bisa lolos dari  hukuman Tuhan atas dosa-dosa yang saya lakukan?  Tuhan, Terimalah Taubatku
Saya  menulis buku Tuhan, Terimalah Taubatku itu untuk menyatakan pengakuan  atas dosa-dosa saya. Sekaligus berharap agar semua orang yang pernah  saya sakiti berkenan memaafkan kesalahan saya. Saya menulis artikel ini,  juga untuk tujuan yang sama. Sahabat, mohon dimaafkan semua kesalahan  dan dosa saya. Jika sampai umur saya di ujung ramadhan ini, maka  pemberian maaf Anda adalah hadiah terindah dihari Iedul Fitri. Tetapi,  jika umur saya tidak sampai kesana; maka maaf Anda adalah bekal terindah  untuk perjalanan pulang saya. Dan jika Tuhan berkenan memberi umur  lebih panjang lagi, maka maaf yang Anda berikan itu menjadi titik  pemberangkatan yang baru bagi saya. Semoga dimasa depan saya bisa  sedapat mungkin mengurangi perbuatan-perbuatan yang tidak patut kepada  Anda. Kalaupun saya kepeleset lagi, tolong; ingatkanlah saya. Tuhan, Terimalah Taubatku.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman - 24 Agustus 2011
Penulis buku ”Tuhan Terimalah Taubatku”
Catatan Kaki:
Setiap  kata maaf yang kita dapatkan adalah cairan pembersih bagi noda yang  mengotori jiwa kita. Saat kita meninggal, maka jiwa itulah yang akan  kita bawa.
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.
Selasa, 23 Agustus, 2011 21:44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar