Village of darkness |Refleksi akhir tahun 2011
Harry "uncommon"
Di  sebuah desa yang gelap, bernama  VOD [ village of darkness], terletak  persih dibawah pegunungan yang subur mirip di planet Mars dan pinggir  pantainya yang kebiru-biruan banyak ikan dan harta karun mirip di planet  Venus, dipimpin oleh seorang yang lemah. Ia, king of darkness [KOD]  dipilih langsung oleh rakyatnya yang hidupnya gelap. Kegelapan di desa  subur itu, sudah lama dikeluhkan oleh warga desa sebagai hilangnya  cahaya Tuhan. Sampai-sampai beras, jagung dan kedelaipun harus diimport  dari desa lain yang kalah suburnya. Desa lemah.
Kegelapan,  selalu digambarkan oleh tiadanya terang. Cell photoreceptor gagal  membedakan frekuensi warna dan lebar gelombang warna. Yang nampak adalah  warna hitam di color space. Ketika terang sirna, Shakespeare di abad 16  dan 17, menggambarkan kegelapan itu dengan karakter setan, price of  darkness atau King Lear. Gelap yang sangat dalam, disudutkan sebagai  neraka. Seorang ksatria sakti di zamannya harus berusaha mengenyahkan  kegelapan itu. Adakah ksatria ditemukan di desa gelap itu?
Pemimpin,  KOD, senang berteori bahwa agama, kepemimpinan dan pendidikan dapat  memisahkan kegelapan dari terang. Mirip seperti lukisan Michaelangelo  yang menghiasi atap sebuah chapel tua bernama Sistine selama tahun  1508-15012 pada zaman renaisance baru di era Paus Julius II di Vatikan.  Warga desa VOD sebenarnya tahu persis bahwa agama,  kepemimpinan dan pendidikan, sebagai 3 pilar kesejahteraan dan  kebahagiaan, hanya retorika belaka dari para pemimpinnya. Mereka sungguh  faham, bahwa tangan Tuhan dan tangan Adam, belum saling bertaut  menyempurnakan penciptaan di muka bumi, khususnya di desa VOD itu. Di  desa yang meski makmur kaya raya karena alamnya, kehidupan kesehariannya  bercorak animasi dan ornamen palsu. Tak ada kesan indah seperti lukisan  agung Mona Lisa [nama asli dari Lisa Gherardini, istri Francesco del  Giocondo, Italia], karya Leonardo da Vinci di  tahun 1503-1519 yang disimpan di Musee du Louvre di Paris. Desa itu  tetap menggambarkan notion dari kepemimpinan yang tidak noble.
Paling  tidak ada 3 jenis kegelisahan kegelapan disana. Pertama, rakyatnya yang  paling bawah senang kekerasan. Rakyat middle-class senang banget  konsumerisme dan rakyat atas punya hobi keserakahan. Ketiganya telah  menyengsarakan rakyat  desa VOD berabad-abad. Sejenis Napoleon atau revolusi Perancis, belum  berhasil mengganti aura lukisan gelap desa itu. Kemerdekaan  spiritualitas dan ceramah agung di tempat ibadah, hanya nyanyian the  last supper yang indah dan sakral di meja suci, tidak di dusun-dusun  kecil yang jauh dari impian indah rakyatnya. Tiga [3] kegelapan itu  memuhi sesaknya lorong gelap yang tiada cahaya di ujungnya. Rakyat  banyak yang sesak nafas tinggal di desa VOD ini, terkadang disertai  stroke, HIV/AIDS, flu nyamuk dan virus mematikan. Tak ada listrik yang  cukup di dusun-dusunnya. Anehnya, laptop, Ipad dan blakberry bisa nyala  24 jam. Kejanggalan lainnya adalah, rumah mewah, istana, mobil jaguar  baru, ferrari terbaru, hammer baru dan bentley besar banyak dijumpai  diantara gubug derita warganya dan memacetkan jalan desa. 
Suatu  hari, datanglah seorang anak desa tak dikenal, kecil perawakannya,  mirip  Daud, David atau Daniel di ceritera Old Testament, menghadap sang  pemimpin. Dia bermimpi mendapat penglihatan yang sangat visible, bahwa  desanya bisa maju dan bercahaya 10 tahun yang akan datang. Si kecil,  bernama Small of Light [SOL], menggambarkan bagaimana Light of God,   cahaya Tuhan, bercahaya di bilik kamarnya yang kecil, seolah melingkupi  seluruh wajah desa itu.  Wajah si anak kecil itu, SOL, sangat bercahaya  sampai para pemimpin dan ajudannya silau memandang ke arahnya. Begitu  agungnya si anak SOL ini, sampai segala pangkat, ijasah, IQ dan medali  kepongahan di seantero desa itu, runtuh dan pecah berkeping-keping.  Setelah semuanya terjadi, mirip the last day, ia pun melanjutkan  ceritera saktinya itu.
"Begini  yang terhormat dan termulia tuan-tuan," kata ajaib dari mulut dark of  the moon, transformer, the Dino, "Mohon maaf, di dalam mimpi saya itu,  di bumi ini tidak akan  ada lagi nabi atau rasul baru. Tuhan sudah cukup memberikan Adam dan  para nabinya menjadi terang. Kiamat memang sedang dipersiapkan olehNya,  tapi menunggu desa kita berubah dahulu...! Di mimpi itu, desa kita telah  berganti nama, menjadi village of light, VOL, dengan cahaya penuh  aluminium alloy, mirip spyder, bergerak sangat cepat dengan 8 speed...  "Tuanku, di dusun yang bernama dusun "Ibu Adalah Kesuksesan," muncul  puteri tidur yang terlupakan. Ia mirip peri suci yang keibuan. Ialah  yang akan menebarkan kasih sayang teramat indahnya kepada masyarakat  bawah, agar kekerasan di desa kita, sirna.. Rakyat yang biasanya dibayar  dengan 50 sen untuk melakukan pembakaran, pembantaian dan pembunuhan,  tidak mau lagi diberi sogokan murahan itu dan mendadak bertobat dan  bangun dari mimpi tidurnya.. Tuanku, mereka berlomba-lomba membangun  kembali gedung yang rusak akibat tragedi krisis, pulau yang terendam,  dan jalan-jalan yang longsor dan hancur...dan jadilah  negeri sukacita di desa kita ini... penuh berkah dan kelimpahan. Rakyat  menjadi cinta perdamaian. Desa ini hidup rukun baik antar kelompok,  antar golongan dan antar agama... Di dusun "Ibu  Adalah Kesuksesan," warga diajarkan filosofi baru, bahwa menyayangi  setiap Ibu akan memerdekan warga dari perbudakan berabad-abad akan jiwa  dan karakter keras. Ibu, holy lady, adalah sumber kelembutan dan kasih  sayang sejati, mirip lukisan indah di layar emas bening, bak saya  membaca kisah Romeo dan Juliet di zaman kuno tahun 1595.   
Mantra  Light of God, terus meluncur dari bibir mungil si SOL dan saking  derasnya, ia pun sampai meneteskan air matanya, kepedihan larut dalam  keheningan kebahagiaan. Ruangan itu pun berubah terang semenjak hadirnya  si anak kecil itu. Cahaya wajahnya bak lampu sorot super halogen dari  mercusuar pantainya. Para pemimpin terus berdecak kagum bak  meteor kehilangan energi temaramnya. Terdiam dan kaku.
"Tuanku,  mohon maaf, di dusun lainnya, yang bernama dusun "Bapak, the father,  Kerja Produktif," muncullah air terjun deras berwarna keemasan di  pinggirnya ada balon berapi bergambar banyak mesin. Disana terdapat  wajah-wajah kuliner, electronic, fesion, automotive, shopping, kartu  kredit berbagai merek yang luluh terbakar hangus oleh dahsyatnya balon  berapi dan berkepala rajawali putih...!  Warga produktif di dusun itu,  terbang bergegas meninggalkan mall-mall, apartemen mewahnya, salon  kecantikan, sauna, panti pijat, club malam yang mesum remang-remang dan  pergi menyalakan mesin-mesin produksi dan masuk dalam lahan pertanian  dan industri sektor riil. Alhasil, ekonomi dusun itu bersinar. Mereka  kini menjadi pengekspor beras, kedelai, jagung, gula, terigu, susu,  tembaga, emas, gas alam, sepeda motor, televisi hingga mobil dan  kendaraan industri. Meski dusun lain mengalami krisis global dan  pelemahan ekonomi, di dusun  "Bapak, the father,  Kerja Produktif," malah sebaliknya, sangat maju. Matinya setan  konsumerisme, membuat para eksekutif middle-class, meninggalkan dan  memenjarakan sikap super konsumtif yang selama ini mereka pelihara.  Pejabatnya bersih, hutang luar negerinya lunas tuntas. Anggaran dusun  itu kini surplus dan income per capita naik berlipat-lipat di  kawasannya. Mereka terbebas dan merdeka..." Warga kelas menengah dusun  itu telah belajar apa artinya produktif dan tidak konsumtif.
Sayup-sayup,  di kejauhan dusun itu, terdengar kelentingan music gamelan happy new  year dari 100 sungai sumber kehidupan, hundred rivers of life. Airnya  bening, mirip di kutub utara dan selatan planet Mars, di bulan Europa  dan Enceladus yang tegangan permukaannya yang teramat besar. Ceritera  dan titisan  cakrawalanya gemerlap nan indah bagai di atas sorga. Lilin berniepun  redup dan berbinar kembali, bergantian. Tenang, kudus dan silent night.
"Tuanku,  mohon maaf,  mimpi hamba masih berlanjut.. Meski dusun-dusun lainnya  terlelap tidur dalam aroma kegelisahannya, kedua dusun tadi, tidak,  malah benderang terangnya berkilatan memancar ke langit menembus  batas-batas manusia [human limitation and dignity].... Tuanku, di  sebelah ke dua dusun tadi, ada dusun seakan berada di bawah laut, dengan  dinding-dinding dari emas dan perak, wangi dan berlimpah madu dan  susunya. Tambang-tambangnya kaya raya, tak terurus, mis-manajemen, namun  pejabat yang mengurusnya gendut dan perutnya buncit, karena korupsi merajalela dan perempuannya suka berdandan...!!" 
"Dusun  itu bernama, dusun "Bersyukur Penuh  Rahmat." Namun, ombak besar lepas pantai kanagawai, terlalu besar untuk  memporak-porandakan dusun biru yang kelam itu. Blaaaaaaaaar...semuanya  sirna dan selesai. Keong laut dan sisa kepiting merah jingga tiba-tiba  terbang menerpa perut-perut gendut nan buncit para pejabatnya, muntah  darah semua dan matilah mereka, juga para sundal wanita pelacur... Dusun  itu berganti baru, tertransformasi seketika. Bidadari langit menebarkan  doa-doa dan pujian penyembahan kepada Yang Maha Agung.. Worhsip itu  menyenangkan Sang Khalik. Warga dusun kelas atas yang biasanya serakah  dan korup, sekarang berjenggot putih abu-abu dan bak orang suci  arupadatu dari planet Jupiter dan kawan-kawannya yang baru dipermandikan  di ruang antariksa. Fajar baru tiba. Warga kelas atas, mengganti tabiat  buruknya dengan banyak bersyukur penuh rahmat... Karena syukurnya itu,  planet-planet baru mirip tongkat berantai terlepaskan dari belenggu  korupsi dan jiwa serakah.. Mindsetnya baru,  iramanya baru, jalannya menjadi pelan, bicaranya pelan, berfikirnya  banyak dan waktu-waktunya dihabiskan berdoa di bilik-bilik terang, goa  doa..! Warga dusun kelas atas itu, telah belajar, bahwa banyak  bersyukur, menerapkan apa artinya cukup sudah, kedalam tindakan nyata,  bukan sekedar notion politika moralita, kekudusan Tuhan menjadi dekat.  Dahi dan mahkota dusun berubah menjadi secercah viva astronomi yang  putih seperti salju mexicano... Mereka tidak hanya makan roti kehidupan,  namun menemukan air hidup yang genuine dari sumbernya di dusun yang  tadinya gelap gempita itu.. "
Karena  ceritera anak kecil itu berlangsung 9 jam lebih, maka SOL, mirip Light  of God, si transformer mimpi itu pun terjatuh dari duduk bersilanya  diatas batu meditasinya yang berwarna hijau kebiruan dan pingsan  tertidur... Rupanya, ia baru saja menyelesaikan siaran suara Tuhan di  akhir tahun dengan sukses dan  hening... Para pemimpin pun memeluk tubuh mungilnya yang tergolek di  lantai dan berusaha membangunkannya, mereka penasaran... apa kelanjutan  dari ceritera mimpi si bocah itu....! Mereka berfikir dan sangat  ketakutan oleh mimpi itu, jangan-jangan si bocah inilah yang akan  menggulingkan tahta penguasa pada zamannya... dan menjadikan desa itu  mirip kisah 3 dusun ajaib itu...village of light, VOL, desa kuat.  
Salam work & life balance [WLB]