Rabu, 28 Desember 2011

Jika Perusahaan Diakuisisi, Saya Mesti Gimana?

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala: ”Bagi karyawan yang bagus, proses akuisisi tidak menimbulkan dampak apapun selain kesempatan untuk lebih berkembang.
 
Ya, kalau perusahaan tempat saya bekerja diakuisisi; saya mesti bagaimana? Bagi mereka yang belum pernah ikut dalam pusaran proses akuisisi atau merger, hal ini bisa menimbulkan kecemasan tersendiri. Tidak kurang menegangkannya pula bagi mereka yang pernah mengalaminya. Kekhawatiran sering terlihat lebih dominan daripada kegembiraan, khususnya dikalangan karyawan perusahaan yang ‘diakuisi’.   Kenyataannya, kekhawatiran itu sering terlampau dilebih-lebihkan sehingga dampak negatif dari proses akuisisi atau merger itu lebih banyak timbul karena hal-hal emosional atau lahir dari bentuk kecurigaan secara berlebihan. Tidak masalah, apakah saat ini sedang menghadapi proses akuisi atau tidak; kita perlu bersikap dan bertindak lebih konstruktif dalam menghadapi proses itu. Kenapa? Karena akuisisi, sudah dan akan menjadi trend baru dalam dunia bisnis kita. Bahkan…., Anda tidak tahu jika top management Anda mungkin sedang menegosiasikannya sekarang…..
 
Setiap kali menghadiri upacara pernikahan (bukan pestanya, tapi upacaranya) saya selalu membayangkan bagaimana jika kelak saya harus menikahkan anak gadis saya dengan lelaki pilihannya. Konon, tak seorang Ayah pun bisa benar-benar menggambarkan perasaan hatinya ketika melepas putri tercintanya untuk menikah. Dalam pernikahan, dua keluarga menyatu seperti dua perusahaan yang merger. Tetapi, bagi ayah sang gadis; pernikahan itu lebih mirip seperti akuisisi. Tidak sama persis. Tetapi, sangat mirip sekali sehingga benaknya dipenuhi berjuta tanya; akankah lelaki itu memperlakukan anakku dengan santun? Bisakah anak kemarin sore itu membahagiakan gadis kecilku? Mampukah si bau kencur itu memberikan kecukupan materi? Bersediakah keluarga itu menjaga harga diri dan kehormatan putri tercintaku? Tidak sama persis. Tetapi, kira-kira berjuta pertanyaan serupa itulah yang memenuhi benak kita saat mengetahui perusahaan ini akan diakuisisi. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar bertindak secara tepat ditengah proses akusisi, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Jauhilah pengaruh negatif dari lingkungan.  Hal paling mendasar yang perlu Anda lakukan dalam proses akuisisi adalah; menjauhi pengaruh negatif dari lingkungan disekitar Anda. Kenapa? Kebanyakan orang memandang buruk proses akuisisi, makanya mereka sering bersikap negatif terhadap gagasan sebagus apapun yang terkait akuisisi. Dan, biasa dong; mereka senang menarik teman-temannya untuk ikut bikin ribut. Waspadai itu. Proses akuisisi juga mungkin akan mengganggu kenyamanan orang-orang tertentu. Ada yang jabatannya turun. Ada yang otoritasnya diperkecil. Ada yang jalur cepatnya terhambat. Jika orang-orang yang terkena dampak ini tidak bersikap positif, biasanya ada saja ‘efek samping’ berupa perilaku ‘sulit bekerjasama’. Wajar? Wajar dong. Siapa yang akan berdiam diri jika kepentingan pribadinya terganggu. Siapapun berhak untuk memperjuangkannya. Yang tidak wajar adalah ketika ada usaha-usaha untuk menggalang kekuatan masa yang bisa dimanfaatkan oleh para ‘pemancing diair keruh’. Khusus untuk Anda; jauhilah semua pengaruh dan ajakan negatif dari siapapun. Dan sokonglah setiap langkah positif, ikut sertalah, dan berperan aktiflah dalam usaha-usaha yang positif dan konstruktif.
 
2.      Tentukan sendiri masa depanmu. Dalam proses akuisisi atau merger, pertanyaan umum ini berbunyi nyaring; akan menjadi seperti apakah masa depan saya di perusahaan nanti? Sejauh pengalaman dan pengamatan saya, merger atau akuisisi itu selalu berdampak positif kepada pekerja dengan 2 kualitas, yaitu; mereka yang berkinerja bagus, dan mereka yang kooperatif terhadap kebijakan yang diambil oleh managemen. Jadi kesimpulannya; setiap orang memiliki pilihannya sendiri untuk menentukan apakah proses akuisisi itu berdampak baik bagi dirinya atau malah berdampak buruk? Anda yang memenuhi dua criteria itu – berkinerja tinggi dan kooperatif – tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Justru dengan dua kualitas yang Anda miliki itu, nilai Anda dimata management menjadi sangat tinggi. Banyak bukti bahwa karyawan di perusahaan yang ‘mengakuisisi’ pun malah tidak diberi peran signifikan. Justru orang-orang bagus dari perusahaan yang diakuisisi itu malah mendapatkan kepercayaan besar untuk memainkan peran yang lebih besar. So, jika Anda menghadapi proses akusisi, ubahlah pertanyaan “Akan menjadi seperti apakah masa depan saya di perusahaan nanti?” menjadi; “Apa yang bisa saya lakukan untuk membuat masa depan karir saya lebih baik setelah akuisisi ini?” Andalah yang menentukan masa depan karir Anda, bukan management perusahaan yang mengakuisisi.
 
3.      Belajarlah beradaptasi dengan hal baru. Akuisisi selalu berarti hal baru. Hal ini tidak hanya berlaku bagi karyawan di perusahaan yang ‘diakuisisi’, melainkan juga karyawan di perusahaan yang ‘mengakuisisi’. Jangan kira hanya Anda yang terkena dampaknya. Mereka pun sama kok. Hal baru ini berlaku untuk seluruh elemen perusahaan sehingga tak seorang pun terbebas dari kemungkinan mendapatkan hal-hal baru. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk beradaptasi dengan hal baru. Mungkin suasana kerjanya baru. Mungkin managemen baru. Mungkin tuntutan baru. Mungkin kebijakan baru. Bisa berupa hal baru apa saja. Bayangkan jika Anda tidak mampu beradaptasi dengan hal-hal baru itu; Anda akan tertinggal. Adaptasi. Itulah kata kunci yang selalu bisa kita andalkan. Tidak satupun kondisi lingkungan yang bisa mengalahkan orang-orang yang mampu beradaptasi. Karena orang-orang yang mampu beradaptasi selalu bisa menempatkan dirinya ‘sesuai’ dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Ini contoh nyata; seorang teman biasa datang telat ke kantor. Eh, tiba-tiba perusahaannya diakuisi perusahaan asing yang terkenal keras soal kedisiplinan. Selama ini, atasannya yang lebih muda tidak berani menegurnya. Setelah akuisisi itu, dia tidak berhadapan dengan atasan. Dia berhadapan dengan system absensi dan managemen kinerja yang tertata rapi. Bisakah Anda membayangkan apa yang akan terjadi pada orang itu jika tidak mau beradaptasi? Hmmh, makanya; belajarlah beradaptasi dengan hal baru.
 
4.      Lahirlah kembali sebagai pribadi baru. Akuisisi sering memberi kita kesempatan untuk terahir kembali sebagai pribadi baru. Kenapa? Karena begitu banyak hal yang selama ini tidak kita lakukan meskipun kita memiliki kesempatan. Oh ya? Iya. Mungkin selama ini kita tidak terlampau bersungguh-sungguh mengeksplorasi seluruh kapasitas diri yang kita miliki. Mungkin selama ini kita sudah terbawa arus lingkungan yang terbiasa berleha-leha. Mungkin selama ini, kita terlalu banyak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengembangkan diri. Akuisisi adalah momentum yang tepat bagi Anda untuk memulai tindakan-tindakan konstruktif yang jauuuuuuh lebih baik daripada yang biasanya Anda lakukan selama ini. Jika akuisisi itu menjadikan perusahaan Anda seolah terlahir kembali menjadi organisasi baru yang lebih besar, lebih kokoh, lebih bonafide; mengapa Anda tidak menjadikan momentum akuisisi itu sebagai titik permulaan dari proses tumbuh kembangnya pribadi Anda yang lebih terampil, lebih rajin, lebih berdisiplin, lebih berdedikasi, sehingga Anda bisa menjadi seorang profesional yang juga jauuuuuuuh lebih baik dari kebanyakan karyawan lainnya. Anda, bisa menggunakan proses akuisisi itu sebagai momentum untuk terlahir kembali sebagai pribadi baru.
 
5.      Jadilah pribadi yang layak dinilai tinggi. Banyak orang yang selama ini merasa kurang diapresiasi. Ketahuilah bahwa dalam setiap proses akuisi selalu ada sebuah assessment yang ‘pasti’ dilakukan oleh perusahaan yang mengakuisisi. Tahukah Anda apa itu? Itu adalah assessment terhadap ‘sumber daya manusia’. Banyak akuisisi yang yang mensyaratkan agar karyawan dipertahankan, entah seluruhnya atau hanya sebagian. Sebagai bagian dari negosiasi, perusahaan yang mengakuisisi akan mengabulkannya dengan satu syarat; karyawan memenuhi criteria standar minimal mereka. Maka ketahuilah juga bahwa sejak hari pertama proses akusisi itu berlangsung; perusahaan yang mengakuisisi memantau secara ketat setiap individu yang berada dalam organisasi itu. Supaya gampang, saya pesankan; ingatlah 2 hal yang saya jelaskan dalam poin #2 diatas. Anda masih mengingatnya? Ya – kinerja tinggi dan kooperatif. Fokuslah kepada 2 hal itu. Perbaiki kinerja Anda melalui proses kerja yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Tunjukkan bahwa Anda benar-benar memiliki kemauan untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Dan tunjukkanlah bahwa Anda bersedia bersikap kooperatif dengan perusahaan. Percayalah, jika dalam dua aspek itu Anda bagus, maka Anda akan mendapatkan penilaian yang tinggi. Dan Anda, akan baik-baik saja.
 
Diakui atau tidak, proses akuisisi selalu melahirkan kecemasan khususnya bagi mereka yang berada pada posisi diakuisisi. Sekarang, izinkan saya untuk mengatakan kepada Anda bahwa akuisisi adalah sebuah kata yang berarti ‘terbukanya ribuan bahkan jutaan kesempatan’. Tidak ada yang perlu Anda cemaskan selama Anda bisa menempatkan diri dan menunjukkan kemampuan yang tinggi. Tidak ada yang perlu Anda khawatirkan jika Anda bersikap koperatif sambil terus menerus menunjukkan kualitas kerja yang berkelas. Karena bagi mereka yang memiliki kualitas kelas atas itu; akuisisi tidak menimbulkan dampak apapun selain kebaikan. So, sekarang Anda sudah tahu apa yang harus dilakukan ketika perusahaan Anda diakuisisi. Bisa?
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman 27 Desember 2011

 
Catatan Kaki:
Akuisisi selalu berdampak positif bagi orang-orang yang berkinerja tinggi dan bersikap kooperatif
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Senin, 26 Desember, 2011 19:50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar