Rabu, 21 Desember 2011

Puisi-puisi Romansa Masa Muda dari Ratmaya Urip:

Kreasi puisi Ratmaya Urip selalu terbagi dalam 4 (empat) cluster, yaitu: Puisi Religi, Puisi mBeling, Puisi Kehidupan dan Puisi Romansa Masa Muda. Untuk kali ini sebagai balancing, saya persembahkan kembali beberapa Puisi Romansa Masa Muda:

************** *****

Rindu (1)


Ketika galau bertabik pada romansa yang lampau
Yang masih menyisakan pekatnya sendau
Dan punagi yang terselip dalam gurau
Maka dawai hati ini kembali bergetar
Berdenting, mendesah, meniti senar penuh binar sinar
Yang kebak hingarnya rindu
Dan bingarnya hasrat ’tuk dapat bertemu
**** ****

Rindu (2)


Kemarin,
Saat kaki langit penuh bara jingga yang memerahkan cakrawala
Sementara paksi beriring di petangnya pawana senja
Dan fauna malam mulai tiba dan berceloteh tentang cinta
Anganku bertabik pada suatu masa
Yang menjulatku untuk kembali ke sana
Tuk kembali meniti cerita
Merangkai waktu
Bersamamu
**** ****

Sia-sia


Apalah artinya cantik
Jika hanya akan membuat seorang pria menunggu
Apalah artinya rindu
Jika hadirmu hanya pada mimpi-mimpi panjangku
Apalah artinya hati yang menyatu
Jika pelukku hanya ada di ujung waktu
Yang selalu kebak tunggu
Dan kerap enggan menyapa pada julatan mesramu.
(Dan mulai bosan pada julatan mesramu)

********

Yogyakarta

(Musikalisasi Puisi F = Do)

Ketika kereta malam menyibak Stasiun Tugu, Yogyakarta
Bukanlah kebetulan jika terpagut pekat bayangan cintanya
Yang telah berdebu terbungkus pekatnya sarang laba-laba berkalang waktu
Meski tetap bergelora di antara pilar-pilar gedung tua
Menjulat mesra di antara cemara tujuh kampus biru
Di kaki Argi Merapi yang kebak misteri

Rindu yang selalu tiba itu kembali bermadah tentang perawan kampus biru
Yang sempat singgah menawarkan seri dan sari
Mengisi hari-hari pagi sampai dini lagi
Penuh harap yang bukan hanya punagi
Menawarkan madu yang seolah tak pernah ada henti
Berbalut renyahnya tawa dan kulumnya canda mesra
Dieratnya raga yang bertaut di pucuk-pucuk jemari
Mencipta getar ragawi yang duniawi
Yang jujur saja kadang memang merindukan surgawi

Semua kini memang telah suri
Apalagi bermuara pada kemarau hati
Yang jatuh terlalu dini

Jika Yogyakarta kembali tiba dalam meniti waktu
Pasti kan kembali menuai rindu meski telah baka dan penuh debu waktu
Pasti diamku membisu
Dalam haru biru masa lalu

Diam bukan karena habis kata
Hanya karena yang tersisa selalu panjangnya mimpi
Yang kalau dicerna hanya menyisakan romansa basi
Yang telah terbirit dikejar diri
Namun selalu mencolek hari-hari
Dalam siksa jiwa yang abadi
Karena enggan bertabik pada sepotong kata maaf dan permisi
Karena terbawa pergi
Oleh cinta yang keburu pergi

Namun rindu itu selalu tertabur penuh waktu
Saat Yogyakarta bertengger di pelukku
Selalu saja merajuk pada rasa dan mengoyak kalbu
Membujuk tuk bermanja pada prasasti
Yang enggan untuk mati
Karena kau memang sulit menjadi lampau
Dan rindu itu nyatanya tak pernah basi
= ==========

YOGYAKARTA

(Versi Puisi Kecik):

Saat Yogya bertengger di pelukku..
Rindu ini selalu tertabur penuh waktu..
Merajuk pada rasa dan mengoyak punagi..
Membujuk ’tuk bermanja pada prasasti
Yang enggan ’tuk menjadi baka dan atau suri
Karena kau memang sulit menjadi lampau
Dan rindu ini nyatanya tak pernah sepi atau basi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar