Oleh:  Dadang Kadarusman
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Catatan Kepala: ”Kita sering tidak menyadari keberadaan orang-orang penting yang rela menempuh resiko demi memudahkan hidup kita.” 
Berapa  banyak bahan bakar minyak yang Anda konsumsi selama ini? Apapun jenis  bahan bakar itu, kita merasa sudah ‘memilikinya’ begitu menyerahkan  sejumlah uang kepada petugas POM bensin. Dengan Rp.200,000.- misalnya,  kita sudah ‘memiliki’ sekitar 33,3 liter Premium atau sekitar 24 liter  Pertamax. Tetapi, pernahkah Anda bertanya; apakah setiap rupiah yang  kita keluarkan untuk membeli BBM itu sepadan dengan ‘pengorbanan’  orang-orang yang bekerja di kilang minyak? Dulu, saya selalu mengira  demikian. Kan saya sudah membayar harganya. Bahkan kita, inginnya  membayar dengan harga yang semurah-murahnya; namun maunya mendapatkan  yang sebanyak-banyaknya. Hari ini, cara pandang saya berubah 180  derajat. Tahukah Anda mengapa?
Saya  selalu gembira setiap kali berkesempatan untuk mengunjungi fasilitas dan  proses produksi yang dimiliki oleh klien-klien pelatihan saya. Hal ini  sangat membantu saya untuk lebih memahami; ‘apa yang mereka lakukan  setiap hari’. Dengan demikian saya bisa semakin menyesuaikan materi  pelatihan saya dengan keseharian aktual mereka. Terlebih lagi di  industri-industri yang saya tidak memiliki pengalaman kerja di bidang  itu, semisal pertambangan dan eksplorasi. Pekan lalu, saya berkesempatan  untuk mengenal lebih dekat aktivitas sahabat-sahabat saya di kilang  minyak milik Pertamina di Dumai. Sungguh, kunjungan itu telah  membalikkan paradigma saya tentang ‘membeli BBM’. Jika selama ini saya  mengira dengan membayar beberapa ribu akan menjadikan saya sebagai  pemilik sejumlah Premium atau Pertamax, maka sekarang saya menyadari  bahwa  kita sering tidak menydadari keberadaan orang-orang penting yang rela  menempuh resiko demi memudahkan hidup kita. Bagi Anda yang tertarik  menemani saya belajar menyadari peran orang lain dalam hidup kita, saya  ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini: 
1.      Selalu ada peran yang tidak kelihatan.  Untuk segala hal yang kita peroleh dalam hidup kita, selalu ada peran  orang-orang penting yang tidak kelihatan. Dari bis kota atau mobil  angkot yang kita tumpangi,  mobil pribadi yang kita  kendarai, kompor yang memasak makanan kita; semuanya – ada peran orang  yang tidak terlihat yaitu mereka yang telah menyediakan bahan bakarnya.  Begitu pula dengan peran orang-orang yang tidak terlihat lainnya. Ada  petani. Nelayan. Atau buruh  angkut. Selama ini, kita hanya melihat benda jadinya sudah tersedia  dihadapan kita. Tinggal dibeli saja. Tak jarang kita memprotesnya jika  ketersediaannya tidak bisa memenuhi jumlah yang kita inginkan. Kita juga  menghardik setiap kali mendapati kualitasnya tidak sebaik yang kita  harapkan. Kita, sering tidak menyadari; betapa banyak orang yang  memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan hidup kita. Jika  menyadarinya saja tidak, maka kemungkinan besar kita jarang  berterimakasih kepada jasa baik mereka. Maka belajarlah untuk memahami  bahwa selalu ada peran orang yang tidak kelihatan dalam pemenuhan  kebutuhan hidup kita. Dengan begitu, kita bisa semakin mampu untuk  menghargai nilai dan makna hasil karya mereka.
2.      Kita bisa membeli barang, tapi tidak membeli orang.  Melalui setiap benda yang kita dapatkan orang-orang yang ‘tidak  terlihat’ itu memberikan nilai tambah kepada hidup kita. Benar, kita  mendapatkan benda itu dengan membayar sejumlah harga. Namun, apakah  rupiah yang kita keluarkan itu sepadan dengan jerih payah mereka? Belum  tentu. Kita mengeluh dengan Pertamax seharga 8,500, misalnya. Kita juga  ingin agar Premium itu jauh lebih murah dari 4,500. Padahal, jika tahu  resiko yang dihadapi oleh setiap pekerja di kilang minyak; kita akan  sadar bahwa uang yang kita keluarkan itu sungguh tidak sepadan  dengan resiko kerja yang mereka hadapi setiap hari. Faktanya, kita  hanya bisa membeli barang untuk kita nikmati. Namun, kita sama sekali  tidak bisa mengkompensasi apapun resiko yang mereka hadapi saat membuat  barang-barang kebutuhan kita itu. Hal ini tidak hanya berlaku untuk BBM,  melainkan juga untuk beras, ikan, garam, gula atau apapun. Dengan  kesadaran itu, setidaknya kita bisa mengurangi sikap arogan semata-mata  karena bisa mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli setiap produk untuk  memenuhi kebutuhan kita. Karena dengan uang itu, kita hanya bisa  membeli barang; bukan membeli orang.
3.      Bayaran tidak selalu sepadan dengan pengorbanan.  Sekarang, kita sadar bahwa bayaran itu tidak selalu sepadan dengan  pengorbanan. Maka jika selama ini kita mengeluhkan tentang bayaran yang  kita terima dari pekerjaan dikantor yang kita lakukan; mulai sekarang  tidak usah lagi terlampau gusar. Ingatlah pengorbanan dan resiko para  pejuang di pusat kilang. Sungguh besar sekali lho. Berapapun gaji  mereka, tetap saja tidak sepadan dengan semua resiko itu. Pekerjaan  kita, bisa sama beresikonya dengan mereka. Bisa juga kurang  beresiko. Namun apapun itu, maka bayaran yang Anda terima itu belum  tentu sepadan dengan pengorbanan yang Anda berikan. Maka berhentilah  mengeluh, karena itu adalah bagian dari fakta hidup. Sebab, jika Anda  mengeluh dengan bayaran yang Anda terima; bukan orang lain yang rugi.  Anda sendiri. Dengan keluhan itu Anda tergoda untuk hitung-hitungan saat  mengerjakan sesuatu sehingga hasilnya mungkin tidak maksimal. Dengan  keluhan itu, Anda juga tidak tertarik untuk mengerahkan seluruh  kapasitas, kemampuan, dan daya diri yang Anda miliki. Anda tidak akan  pernah menjadi pribadi yang mumpuni hingga ke puncak prestasi, jika  kinerja Anda masih dibebani oleh perasaan dibayar tidak sepadan.  Ikhlaskan semua itu. Terimalah dengan lapang dada. Dan raihlah bayaran  yang lebih tinggi seperti yang Anda inginkan itu – dengan kinerja dan  kemampuan serta kontribusi yang juga semakin tinggi.
4.      Berharaplah kepada yang tidak terbatas. Sebaik  apapun atasan atau boss Anda, dia selalu berhitung soal uang. Wajar.  Karena setiap bisnis dituntut untuk untung. Para pengelola HRD melakukan  benchmark salary dan kompensasi sehingga setinggi apapun take home pay  Anda, tidak akan lari terlalu jauh dari nilai yang berlaku di pasaran.  Jadi, tidak ada gunanya Anda menuntut melebihi norma umum. Memang  begitulah fitrah yang berlaku bagi siapa saja yang memilih untuk menjadi  karyawan profesional. Tetapi, sesungguhnya Anda memiliki kesempatan  untuk mendapatkan bayaran yang jumlahnya nyaris tidak terbatas. Karena  ada yang bersedia memberi Anda imbalah tanpa hitung-hitungan untung  rugi. Tahukah Anda siapa yang bersedia membalas Anda sebanyak itu? Dia  adalah Dzat yang tidak membutuhkan apapun dari Anda. Dan Dia, adalah  tempat semula Anda datang dimasa lalu, lalu kembali lagi nanti. Maka  berharaplah yang banyak kepadaNya. Karena Dia hanya mensyaratkan hal  sederhana saja dari kita. Kata guru kehidupan saya; “Dia hanya  membutuhkan niat yang lurus saat Anda melakukan pekerjaan kita.” Maka  mulai sekarang, setiap kali berangkat dari rumah menuju ke kantor,  mulailah dengan ketulusan untuk mempersembahkan setiap langkah dalam  pekerjaan kita demi menunjukkan betapa sempurnanya Dia menciptakan kita.  Maka dengan begitu, kata hanya akan menghasilkan kinerja terbaik  melalui cara kerja yang paling baik.
5.      Jadilah sumber energy bagi lingkungan.  Bayangkan  jika kilang minyak itu libur selama satu minggu saja. Anggap saja  selama seminggu itu tidak ada supply bahan bakar untuk menunjang  kehidupan kita. Semua kendaraan berhenti. Pesawat tak dapat terbang.  Semua pabrik tidak berproduksi. Rumah kita gelap gulita. Kompor didapur  kita tidak menyala. Apa jadinya kita? Jarang kita sadari bahwa minyak  yang mereka hasilkan di kilang telah memberi energy kepada ratusan juta  umat manusia.  Maka bisa kita bayangkan betapa besarnya pahala bagi mereka yang  bekerja dengan ikhlas untuk melayani sesama. Kita, mungkin tidak  menghasilkan produk yang sedemikian berdampaknya seperti minyak. Tetapi,  kita juga tahu bahwa energy itu tidak hanya berupa minyak atau bahan  bakar fisik. Energy juga bisa berupa dorongan dan semangat untuk  kebaikan hidup orang lain. Maka kita pun bisa meniru dengan cara  menjadikan diri kita sebagai sumber energy bagi orang lain. Caranya?  Banyak dan sederhana. Jadilah pemberi semangat bagi orang lain.  Ucapkanlah kata-kata yang baik pada mereka. Perlakukanlah mereka dengan  baik. Sehingga ketika berada bersama Anda; mereka merasa nyaman dan  terdorong untuk melakukan yang terbaik. Ada pelajaran menarik dalam  perbincangan saya dengan Pak GM Pertamina Dumai tentang kepemimpinan.  Beliau mengatakan; “setelah saya pelajari, ternyata kepemimpinan itu  adalah tentang mengajak orang-orang untuk berbuat lebih baik….” Dengan  prinsip  itu, beliau menjadi sumber energy bagi orang-orang disekitarnya.  Bisakah kita mencontohnya?
Beruntunglah  orang-orang yang dalam hidupnya mampu menghasilkan buah karya yang  berguna bagi banyak orang. Karena setiap kebaikan yang kita lakukan  untuk orang lain pasti akan beroleh ganjaran yang sepadan. Namun, guru  kehidupan saya mengingatkan bahwa untuk mendapatkan ganjaran itu ada  syaratnya. Sederhana syarat itu. Tetapi banyak orang yang tak mampu  memenuhinya. Apakah syarat itu? Kata beliau; ganjaran disisi Tuhan hanya  diperuntukkan bagi mereka yang mengharapkannya. Bagi yang tidak  mengharapkan ganjaran itu – mengapa Tuhan memaksakan memberikannya? Maka  saat bekerja; harapkanlah imbalan yang pantas untuk kehidupan di dunia.  Namun, berharaplah lebih banyak kepada Tuhan agar Dia memberi kita  ganjaran yang paling baik. Dengan begitu, malu kita jika tidak bekerja  dengan baik. Karena kita  berharap ganjaran yang terbaik. Dari Sang Pemberi Pahala yang terbaik. 
Mari Berbagi Semangat!
Catatan Kaki:
Percayalah,  uang yang kita bayarkan kepada orang-orang yang menyediakan barang atau  jasa yang kita beli; belum tentu sepadan dengan perjuangan mereka. 
Silakan  di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung  saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai  tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Rabu, 21 Desember, 2011 00:11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar