Kamis, 26 Januari 2012

Believe, yg Terbaik Akan Datang



Seorang Wanita Yang Suaminya Pengangguran  Membagikan Kisah
Penantiannya.

Saya ingin berbagi satu  cerita yang indah dengan Anda.

Saya bertemu Yane Pe Benito ketika  saya memberi khotbah di perusahaannya.
Yane adalah seorang wanita  yang menyenangkan yang memiliki kisah yang mengagumkan untuk  diceritakan,
saya memutuskan untuk menceritakannya pada dunia.

Dua tahun lalu, suami Yane, Beni , tanpa peringatan, kehilangan pekerjaannya.
Hal ini menyebabkan rasa sakit dua kali lipat  karena pekerjaannya sebenarnya sangat menjanjikan.

Selama 6 tahun,  Beni sangat menikmati pekerjaannya di sebuah perusahaan distribusi  multinasional untuk produk
perawatan kulit. Namun karena perubahan  struktur organisasi yang terjadi dalam perusahaan tersebut (yang
sering terjadi di banyak perusahaan belakangan ini), ia di-PHK.

Yane memutuskan untuk memberitahu berita  menyedihkan itu pada kedua anaknya yang masih kecil,
Gabriel (6  tahun) dan Marga (4 tahun).
Ia memilih dengan hati-hati kata-kata  yang akan dipakai untuk menjelaskan hal tersebut.

"Anak-anak, kita  harus menjaga lebih baik barang-barang kita…dan tidak memboroskan  uang kita
karena…ayah tidak punya pekerjaan lagi."

Gabriel  kecil berkata, "Maksud ibu, ayah dipecat?" Yane terkejut mendengar  kata-kata yang
kasar tersebut.

"Di mana kamu belajar tentang kata itu?!" Puteranya menjawab tanpa berbelit-belit,

"Dari Peter Parker  – Spiderman."

Tapi ya, PHK hanya merupakan kata yang lebih  baik dari "Keluar, kami tidak lagi membutuhkanmu di sini."
Kehilangan pekerjaan adalah selalu menyakitkan, sekalipun jika  dibarengi dengan "pesangon"..

Di satu sisi Yane bersyukur atas  "rejeki nomplok" itu, tapi di sisi lain Yane kuatir, menebak-nebak  berapa lama
keluarga mereka akan hidup dengan bergantung pada  pesangon itu.

Beberapa bulan pertama semua berjalan baik;  Beni menerima rata-rata dua panggilan interview setiap minggu.
Namun beberapa bulan menjadi setahun – dan terus berlanjut, panggilan interview semakin sedikit dan jarang.
Selama  hampir dua tahun suaminya menganggur, Yane melalui kegelisahannya  sendiri.

Sebagai seorang ibu dari dua anak usia sekolah, ia  melihat tabungan mereka yang semakin menipis.
(Sebagai ukuran, ia  pindah dari pekerjaan yang sudah ditekuninya selama 8 tahun, ke  pekerjaan yang lebih
tinggi bayarannya.)

Tapi di samping  dana yang semakin berkurang, ia juga kuatir akan harga diri Beni .

Bukan karena Beni tidak mencoba;
namun kelihatannya memang tidak  banyak kesempatan kerja bagi pria berumur dengan latar belakang  dan
pengalaman seperti yang dimiliki Beni .
Sebenarnya ada dua pekerjaan yang ia terima, tapi keduanya hanya bertahan sebentar.

Sebut saja sebuah konflik kepribadian atau ketidak-cocokan, tapi  Beni tidak dapat melihat dirinya
bekerja lama di sana . Dengan  marah, Beni akan keluar lagi.
Dan pernikahan mereka pun  mengalami kesulitan, karena sekarang Yanelah yang memberi  penghasilan bagi keluarga.
"Akankah ego suami saya bertahan selama  ini?" ia terus dan terus bertanya pada dirinya sendiri.

Semakin waktu berlalu, ia semakin dan semakin kuatir akan Beni  .
Yane mulai bertanya pada Tuhan, "Tuhan, saya tidak mengerti apa lagi yang Engkau sedang ajarkan pada kami!
Bagaimana  lagi kami harus berdoa? Apa lagi yang harus kami doakan?"
Itulah saat ketika Yane menyadari bahwa doa mereka  harus lebih spesifik.

Maka ia mengumpulkan kedua anaknya  dan berkata, "Mari berdoa bagi ayah, agar ia dapat menemukan suatu  pekerjaan
yang baik dengan seorang atasan yang baik – seseorang yang seperti atasannya di perusahaan yang dulu."
Dan itu  menjadi doa spesifik keluarga tersebut.

"Tuhan, tolong ayah untuk  mendapatkan seorang atasan yang baik seperti atasannya dulu, dalam  nama Yesus."
Suatu hari, sekitar setahun lalu dari hari  ini, Yane pulang dari kerja dan melihat kedua anak dan suaminya
sedang berdempetan sambil membungkuk. " Ada apa ini?"  tanyanya.

Ia mendengar anak-anaknya berbisik dengan  gembiranya, "Tunjukkan pada ibu sekarang!"

Beni menyodorkan  sebuah amplop coklat padanya.Yane pikir itu adalah  sesuatu dari sekolah anak-anak.
Tapi bukan. Dengan perlahan  ia menarik keluar secarik kertas dari amplop itu, ia membaca nama
perusahaan…kemudian jabatan suaminya…dan gajinya… Sampai di sini,  ia mengangguk puas.

Namun ketika ia sampai ke bagian bawah  kertas tersebut, ia kaget setengah mati.
Karena ada sebuah tanda  tangan. Tanda tangan milik atasan favorit Beni !
Diiringi  tatapan heran anak-anaknya, Yane mulai menangis dan tertawa pada  saat yang bersamaan..

Ia sangat sulit untuk mempercayai ini!
Seperti seorang anak, ia melompat-lompat kesenangan,
dan disambut gembira oleh kedua anaknya yang ikut melompat dan tertawa  bersamanya.

Gabriel bertanya pada ibunya, "Ibu, mengapa  engkau menangis dan tertawa pada saat yang bersamaan?"
Yane  melihat kesempatan bagus untuk menjelaskan, "Ibu menangis karena  ibu begitu bahagia.

Ingatkah bagaimana kamu berdoa untuk seorang  atasan yang baik bagi ayah?
Lihatlah nama ini," ia menunjuk kertas  yang masih ia pegang.
"Kita hanya meminta seorang atasan yang  seperti atasan ayah yang dulu.
Tapi, Tuhan memberi ayah seorang atasan yang persis sama! Ia menjawab doa-doa kita!"

Saat  itulah Gabriel mulai menangis."Mengapa kamu menangis?"  tanya Yane.

"Karena aku juga sangat bahagia," kata anak laki  kecil itu, dan seluruh keluarga saling berpelukan.

Ketika  Yane menceritakan kisah ini, saya tahu saya harus berbagi cerita  ini dengan Anda.

Karena semua kita melalui banyak kesulitan  dan kehilangan..
Kita kehilangan pekerjaan kita, kita kehilangan orang-orang yang kita kasihi, kita kehilangan uang kita,
kita  kehilangan sahabat-sahabat kita…
Dan seringkali, kita menanti dan  menanti agar rasa sakit ini hilang, agar rasa kehilangan ini  menjadi sembuh.
Kadang-kadang, kita menanti selama waktu yang  panjang. (Yane dan Beni harus menunggu selama dua  tahun.)
Namun pada akhirnya, saya percaya kalau Tuhan telah menyiapkan berkat terbaik bagi Anda.Berimanlah.

Percayalah. Yang terbaik akan  datang!

GOD BLESS YOU


Best Regards
RJ

Rabu, 18 Januari, 2012 21:58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar