Kamis, 26 Januari 2012

Menyeimbangkan Akal Dan Kalbu

Oleh:  Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala: ”Kesempurnaan manusia tidak semata-mata terletak pada akalnya saja, melainkan juga kalbunya. Maka kesempurnaan hidup hanya bisa dicapai jika seseorang memiliki keseimbangan dalam penggunaan akal dan kalbunya.”
 
“Kamu itu Hitachi, Nak.” Begitu saya katakan kepada anak saya. “Hitam, Tapi China.”  Baru kemarin saya ingatkan lagi tentang hal itu dalam perjalanan kami menuju ke Bandara. Berkaitan dengan Imlek? Tidak juga. Namun meski tidak merayakannya, saya selalu terkesan pada salah satu falsafah kuno Chinese yaitu, Yin dan Yang.  Kita selalu diingatkan untuk menyeimbangkan segala sesuatu. Namun, keseimbangan itu seperti apa? Apakah seperti timbangan yang punya bobot sama di kiri dan kanan kedua kompartemennya? Tidak juga. Jika Anda masih ingat symbol Yin-Yang, maka Anda akan lebih mudah memahami makna kesimbangan itu. Atau, jika Anda melihat sampul buku terbaru saya Natural Intelligence Leadership, Anda tentu melihat logo itu dihiasi hati yang mewakili Kalbu dan lampu yang menggambarkan Akal. Saya menggunakan symbol Yin-Yang itu untuk menggambarkan kesimbangan antara Akal dan Kalbu. Menurut pendapat Anda, mana yang lebih penting: Akal atau Kalbu?
 
Ada masa dimana kita mendewakan kekuatan akal. Orang yang paling encer otaknya diberi nilai lebih. Ada pula periode dimana kita mengagung-agungkan kalbu. Siapa yang paling baik pengelolaan emosional-spiritualnya digadang-gadang sebagai pribadi yang mumpuni. Tidak heran jika penganut kecanggihan IQ tidak juga sejalan dengan para pengusung kehebatan EQ dan SQ. Kenyataannya, manusia diciptakan dengan Akal dan Kalbu yang saling menyatu secara utuh. Maka, mulai sekarang; marilah memperlakukan diri kita sendiri secara utuh pula. Kita tidak bisa terus menerus mendiskreditkan salah satu dari kekuatan akal atau kalbu itu. Kesempurnaan hidup itu hanya bisa dicapai jika seseorang memiliki keseimbangan dalam penggunaan akal dan kalbunya. Karena kesempurnaan manusia tidak semata-mata terletak pada akalnya saja, melainkan juga kalbunya.
 
Keseimbangan antara Akal dan Kalbu inilah sebenarnya yang menjadi inti dari Natural Intelligence (NatIn™). Tidak mungkin manusia mencapai puncak dari kualitas penciptaan dirinya tanpa memaksimalkan kapasitas akal dan mengoptimalkan potensi kalbunya. Makanya, tidak heran jika kita sering melihat orang yang pandai dalam mengambil keputusan. Jago berbicara dalam setiap persidangan. Namun kata, perilaku, dan buah dari tindakannya jauh dari ciri pribadi yang memiliki nurani. Atau sebaliknya, banyak juga orang yang terlihat sedemikian salehnya. Namun, sangat tidak kompetitif.
 
Kebutuhan kita dalam menyimbangkan Akal dan Kalbu berlaku untuk semua aspek kehidupan. Karena tidak ada satu aspek pun dalam hidup kita yang terlepas dari peran akal, dan peran kalbu. Mendahulukan akal, tidak berarti mengabaikan kalbu. Sebaliknya, mendahulukan kalbu tidak berarti menihilkan fungsi akal. Keduanya harus dipakai. Mungkin hanya porsinya saja yang berbeda bergantung konteksnya. Seberapa banyak porsi akal dan porsi kalbu yang tepat? Anda bisa menakarnya melalui symbol Yin dan Yang. Disana Anda bisa tahu, kapan saatnya Anda harus menggunakan Akal lebih banyak dari Kalbu atau sebaliknya. Atau, pada kondisi tertentu keduanya digunakan dalam proporsi yang sama.
 
Kenapa sih untuk seimbang kita tidak menggunakan prinsip timbangan saja? Kiri kanan 1 kg pasti seimbang? Tidak bisa. Karena timbangan hanya menggunakan pertimbangan akal yang eksak. Prinsip timbangan menghasilkan kesetimbangan statis (Static Equilibrium). Sedangkan prinsip Yin & Yang menjelaskan tentang Kesetimbangan Dinamis (Dynamic Equilibrium) yang menjaga ‘keseluruhan energi’ (universal wholeness) dimana didalamnya memungkinkan kita untuk meramu Akal dan Kalbu dalam proporsinya masing-masing. Ketika kita bisa menggunakan Akal dan Kalbu secara seimbang dan dinamis itu, tidak berarti kita selalu menggunakan keduanya sama banyaknya. Melainkan sesuai dengan tuntutan untuk menghasilkan keputusan atau pertimbangan terbaik. Bukan untuk dunia saja. Melainkan juga untuk akhirat kita. Ketika kita bisa mencapai kesetimbangan dinamis antara Akal dan Kalbu itulah kita disebut sebagai pribadi yang memiliki tingkat Natural Intelligence (NatIn™) atau kecerdasan hakiki yang tinggi.
 
Dalam Natural Intelligence (NatIn™), kita tidak hanya mempertimbangkan urusan duniawi. Melainkan juga ukhrowi alias akhirat kita. Itulah sebabnya dalam buku  Natural Intelligence Leadership, Anda menemukan kisah-kisah teladan para Nabi. Mengapa? Karena tidak ada pribadi yang lebih layak untuk dijadikan tempat berguru selain para Nabi. Keliru jika kita mengagung-agungkan para motivator atau public speaker sambil melupakan ajaran Nabi-Nabi kita. Karena sehebat apapun para pembicara itu, tidaklah sebanding dengan kualitas para Nabi. Tidak bolehkah mendengar para public figure yang menyeru kepada kebaikan? Sangat boleh. Harus, bahkan. Tetapi, jangan sampai kekaguman kita. Kegandrungan kita. Ketundukan kita kepada para orator itu menjauhkan kita kepada fakta bahwa Tuhan, telah mengirimkan para utusannya sebagai Nabi dan Rasul bagi kita. Jangan sampai kita mendengar para trainer, namun meninggalkan ajaran para rasul.
 
Bukankah Nabi kita berbeda? Memangnya kenapa? Meski mereka berbeda, ada dua kesamaan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi suci itu. Pertama, Para Rasul mengajak untuk menyembah hanya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Kedua, para Nabi suci itu selalu mengajak kita untuk meraih keseimbangan hidup didunia dan diakhirat. Ketahuilah bahwa para Nabi adalah the first hand masters dalam bidang Natural Intelligence. Melalui Jibril, Tuhan membimbing mereka untuk memahaminya. Lalu mempraktekkan dan mencontohkan kepada para umatnya agar mampu menggunakan Akal dan Kalbu secara seimbang. Keseimbangan antara penggunaan Akal dan Kalbu memungkinkan kita untuk menyeimbangkan pencapaian kita di dunia dan akhirat. Jika Anda bersedia mendengar nasihat para pembicara publik – seperti saya – misalnya; bersediakah Anda untuk kembali kepada tuntunan para Nabi yang mengajak Anda kepada kehidupan di dunia dan akhirat sekaligus? Yuk, kita sama-sama mengikuti jejak langkah mereka.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman 24 JaNEWary 2012
Author, Trainer, & Public Speaker of Natural Intelligence
 
Catatan Kaki:
Keseimbangan antara penggunaan Akal dan Kalbu membantu kita menyeimbangkan pencapaian kita di dunia dan akhirat. Itulah Natural Intelligence.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
  
Senin, 23 Januari, 2012 19:51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar