Oleh:  Fikri C. Wardana 
Pelayanan  kepada pelanggan selalu diutamakan para penjual jasa maupun produk.  Mereka berlomba-lomba memberikan pelayanan yang terbaik yang mereka  mampu lakukan. Bahkan sekarang telah dikembangkan istilah CSR yang  merupakan singkatan company social responsibility. Perusahaan memberikan  sesuatu kepada masyarakat sebagai timbal balik keuntungan yang diraup  perusahaan. Bahkan karena dianggap sedemikian pentingnya, maka  pemerintah memberikan garis tegas terhadap pelaksanaannya. Sebenarnya  CSR ini berbeda dengan customer service. Pelayanan pelanggan memang  dilakukan berbeda dengan aktivitas CSR. Meski demikian CSR seolah  merupakan pelayanan kepada pelanggan maupun bukan pelanggan, dan  diharapkan yang bukan pelanggan nantinya menjadi tertular dan  menggunakan jasa atau produk yang dipasarkan perusahaan  tersebut.  
Pelayanan  pelanggan adalah cara memelihara pengguna produk yang perusahaan jual,  sehingga dari sekali membeli diharapkan dapat mengulangi membeli lagi  dan selanjutnya menjadi loyal terhadap produk yang digunakan dan boleh  disebut dengan label pelanggan. Oleh karena itu berbagai hal yang  menyenangkan disediakan oleh produsen agar pelanggan dapat tetap  merasakan puas saat menggunakan produknya. Produsen selalu berusaha  pelanggannya puas karena produknya memenuhi kebutuhan, awet dan tidak  cepat rusak, berkualitas sesuai dengan harganya, dan dapat dibanggakan.   
Beberapa  perusahaan mencantumkan nomor ’hot lines’ yang dapat dihubungi setiap  saat di kemasan produknya. Ini berarti perusahaan bersiap menerima  hubungan telepon dari siapapun dan dari manapun selama 24 jam penuh.  Beberapa bahkan mencantumkan bebas pulsa. Meski sudah begitu hebat,  namun pernah terdengar seorang ibu menggerutu karena ketika ditelepon,  si hot lines tersebut maka yang menjawab adalah mesin komputer penjawab  yang mengharuskan pencet tombol nomor 1 untuk bahasa Indonesia atau 2  untuk English, dilanjutkan tombol nomor ini untuk urusan anu atau nomor  sekian untuk urusan lain, dan setelah berkutat ke beberapa nomor tibalah  akhirnya menekan tombol petugas customer service dan ternyata semua  sedang sibuk! Bisa dibayangkan, namanya hot lines maka harusnya saat  dihubungi langsung dapat  bicara dengan customer service, dan masalah pelanggan dengan produknya  dapat segera diatasi. Eh, alih-alih terselesaikan masalahnya yang  terjadi justru kebalikannya yaitu pelanggan menjadi kesal. Karena yang  disangka hot ternyata sudah berubah menjadi cold!  
Customer  service officer harus yang telah menjalani pelatihan hingga lulus ujian  akhir, karena petugas pelayanan pelanggan ini merupakan jendela  perusahaan. Baik buruknya sikap perusahaan terhadap pelanggan dapat  dilihat dari tindakan yang diambil para petugasnya. Oleh karena itu  seharusnya jangan pernah seseorang yang bukan petugas pelayanan  pelanggan duduk di ruang itu apalagi ikut menjawab telepon yang masuk.  Kesalahan yang dilakukan petugas pelayanan pelanggan sangat membekas di  hati pelanggan, dan dapat berakibat buruk karena menjadi iklan dari  mulut ke mulut yang cepat sekali menyebar.  
Sebaliknya,  pelayanan yang bagus berakibat positif. Pelanggan menjadi puas dan  menceritakan kepada seluruh handai-tolannya. Merupakan iklan gratis  sekaligus menjadi endorser yang kuat.  
Persembahan  
Penulis buku dan trainer  
Fikri C. Wardana  
fms
Tidak ada komentar:
Posting Komentar